Dalam bukunya muqodimah ibnu Kholdun mengungungkapkan imbalan dan hukuman pada bab  ''kekerasan kepada siswa dapat membahayakan'' ibnu kholdun mengkritik ulama sejamannya yang mendidik murid dengan sikap keras dan kasar.
Kita perlu memahami jiwa murid dan mencermati dimensi psikologinya sehingga kita dapat memahami dan mengarahkannya sesuai kebutuhan jiwanya, demikian saran ibnu kholdun. Dia juga mengingatkan bahwa perlakuan buruk terhadap siswa akan membuahkan berbagai bentuk penyimpangan psikologi dari prilaku yang muncul sebagai akibat dari ketegasan, kekerasan, dan kekasaran dalam mendidik.
Menurutnya, siapa saja yang mendidik dengan kekerasan dan paksaan justru makin mendorong anak untuk melakukan perbuatan yang berlawanan dengan kata hatinya karena takut oleh tangan paksa sang pendidik. Anak merasa di paksa oleh nilai nilai yang tidak sungguh sungguh di pahami. Gairah belajarnya akan hilang.
Pada gilirannya perilaku seperti itu akan menjadi kebiasaan.
Kesadaran berakhlakul karimahnya rusak sudah. Anak menjadi hidup dalam jiwa orang lain, bukan di dalam jiwanya sendiri. Akar kepribadiannya tercabut oleh nilai nilai pendidikan yang di paksakan pendidik. Hal ini justru makin menjauhkannya dari tujuan dasar pendidikan.
Demikian beberapa saran dan pendapat ibnu kholdun.oleh karena mutlak bagi pendidik dan orang tua untuk sedikitbanyak belajar dan memahami sikologi anak. Upaya ini sebagai konsekwensi yang wajar setelah kita mengetahui betapa sangat berbaha memberikan sangsi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan psikologi anak.
Siapa saja yang mendidik dengan kekerasan dan paksaan justru makin mendorong anak untuk melakukan perbuatan yang berlawanan dengan kata hatinya karena takut oleh tangan paksa sang pendidik.
Terluka, jelas jika anak akan terluka bila kita memberikan sangsi yang tidak sesuai dengan usia dan dan perkembangan jiwa mereka. Luka yang di bawa ini akan menimbulkan masalah baru yang tak kalah rumit penanganannya. Satu masalah belum tuntas teratasi kita malah menanam bibit masalah yang lain. Lantas kapan anak memperoleh perlakuan yang positif oleh pendidik dan orang tua?
Kita patut mencemaskan pola asuh kita kepada anak. Kita yang terbiasa dan tanpa sadar memerlakukan anak dengan sikap keras kelak kemudian hari akan menuai buah permasalahann yang tak kalah pahitnya dengan kekecewaan kita menyaksikan prilaku anak sendiri yang semakin tak terkendali.
Oleh karena itu sikap berhati hati dalam membangun komunikasi dengan anak harus selalu kita upayakan. Jangan sampai anak menerima pola asuh dengan model komunikasi, imbalan, dan sangsi yang menjadi bumerang bagi dirinya.
Harap ingat usia perkembangan anak tidak dapat di tarik mundur. Apa yang sudah terjadi dapat membenam dalam memory kesadarannya, baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman pahit yang mengecewakan. Lalu dapatkah kita membongkar kembali memory itu dengan menarik mundur perjalanan sang waktu guna memperbaiki apa yang sudah terjadi ?