Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Semester "Yang Terlupakan"

17 Desember 2020   13:03 Diperbarui: 17 Desember 2020   13:12 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jelang dua semester akhir, sudah tidak ada lagi perkuliahan dalam kelas. Tidak ada mata kuliah yang mengulang, berhasil menyelesaikan kelas merupakan kebanggaan tersendiri. Fokus semester ini adalah magang. Menimbang dan mencari-cari tempat magang yang cocok. "Tungkling" notif HP ku berbunyi. Wah... Dari dia, gumamku. Seorang teman sekolah, lebih tepatnya kakak kelas di sekolah menengah pertama. Kita pernah dekat meski melalui pesan singkat, karena membahas hobi yang sama.

Bertanya kabar dan basa basi lainnya, maklum sudah lama tidak bersua. Sampai pada pembahasan tempat magang. Ia menceritakan pengalamannya. Aku jadi teringat beberapa waktu silam. Ia juga pernah menghubungiku untuk memberitahu suatu informasi, tentu saja terkait kegemaran kita yang sama. Aku ragu menyebutkannya, dan bukan maksudku mengingatkannya. Beberapa kali ia mengirim pesan, terkadang obrolan kita panjang, kadang berhenti dengan kata 'iya'. Dibanding obrolan panjang, lebih banyak obrolan singkatnya. Meski banyak yang ingin aku sampaikan, rasanya dia tak akan menerima dengan semangat.

Seringkali dia protes dengan sikapku, ahaii mau bagaimana lagi, pikirku lebih baik tidak membalasnya daripada membalas dengan kata singkat. Tentu aku sadar bahwa sikap begitu tak bisa diterapkan pada tiap orang. Mencoba untuk selalu ramah dan merespon dengan baik. Memang nasib, teman sebatas teman, tidak ada cerita lebih dari itu. Untuk hal seperti itu bukan satu atau dua kali. Hanya diri sendiri yang menguatkan, jika iya pasti iya, jika tidak tentu tidak. Masalah hati memang sulit dimengerti, seiring berubahnya kegemaranmu, begitu juga perubahan perasaanmu padaku. Aku rasa perubahan itu bukan hanya aku yang telibat, tetapi engkau juga mendukung perubahan itu.

Hubungan yang tidak berkembang, membuatku juga tidak bisa berbuat banyak. Pendapat yang tidak sejalan, akhirnya engkau sendiri yang melupakannya. Setiap pertemuan dan kata-kata, mungkin hanya aku yang ingat. Bukan berarti aku memaksa untuk diingat, yang terlupa biarlah dilupa. Melihatmu bahagia dengannya, dan menerima perkataanmu yang masih menyalahkanku atas kelupaan ini, biar kutanggung sendiri. Yang terlupa, biarlah lupa. Kita akhiri bersama, dan tak perlu datang lagi untuk mengabarkan tim siapa yang menang.

_________

#Yogyakarta #part2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun