Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bolang Orang Pinggiran

1 Januari 2016   21:24 Diperbarui: 1 Januari 2016   22:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bolang si bolang si bocah petualang.. begitu lirik lagu acara si Bolang di salah satu stasiun tv, acara yang banyak di gemari oleh anak-anak karena tema nya bercerita tentang kegiatan bocah-bocah yang berpetualang di daerah tempat asalnya tinggal, mengenalkan beragam keindahan dan kelebihan tempat tinggal mereka. Beragam permainan dan kebudayaan yang disuguhkan memberikan kesan betapa kayanya negeri ini.

Namun disisi lain, masih di stasiun tv yang sama, mereka juga menyuguhkan acara yang membuat hati ini bergetar merasakan pedihnya hidup di negeri ini. Dengan lirik yang mendukung "Lihatlah dan buka mata hatimu melihatnya lemah terluka namun semangatnya takkan pernah hilang" kurang lebih demikian sepenggal lirik lagu dari acara orang pinggiran, yang menceritakan tentang kehidupan seseorang atau satu keluarga yang dalam perjalanan hidupnya penuh dengan kesusahan dan perjuangan demi menyambung hidup.

Mengapa saya menulis tentang dua acara ini secara bersamaan? karena saya merasa ada perbedaan yang sangat kontras disini, setiap saya menonton dua acara ini entah secara kebetulan atau persepsi saya yang salah, keduanya menunjukkan hal yang sangat berbeda di daerah masing-masing.

Setiap saya menonton acara si bolang, pasti bocah yang diliput merupakan bocah luar Jawa, entah dimana itu pasti luar jawa, dengan keindahan daerahnya dan sudah pasti dengan petualangan dihutan, di kebun, dan di pantai. Bisa dinilai dari bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa luar Jawa jika saya perhatikan, dan daerah yang dikenalkan juga merupakan daerah luar Jawa, mungkin hanya kebetulan saja.

 Sedangkan acara orang pinggiran setiap saya menontonnya pasti yang di liput adalah daerah Jawa. Jika bocah yang ada di orang pinggiran ia mengenalkan kehidupannya yang serba kurang dan susah, betapa sulit hidup di daerahnya tersebut, saya juga mengenali bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa, atau bahasa yang ada di pulau Jawa. Yaa kembali lagi mungkin itu hanya kebetulan yang terjadi secara berulang.

Kesan yang saya tangkap dari dua acara tersebut adalah penampilan acara si bolang yang mengenalkan keindahan dan kesenangan bocah-bocah yang memiliki tempat tinggal di luar Jawa. Sedangakan orang pinggiran yang menampilkan kehidupan yang susah tinggal di daerah Jawa. Dengan maksud bocah luar Jawa lebih berbahagia dengan kekayaan alamnya dan bocah di Jawa yang memiliki kehidupan susah di daerahnya.

Sekali lagi mungkin ini hanya persepsi saya yang tak sengaja menonton acara tersebut dengan berulang menampilkan bolang  di luar Jawa dan orang pinggiran di pulau Jawa sehingga persepsi saya menunjukkan bahwa kehidupan bocah diluar Jawa lebih makmur ketimbang bocah di pulau Jawa. Entah itu merupakan kenyataan atau settingan belaka, bahwa luar Jawa lebih pas untuk diunggah ke acara bocah petualang dengan tema keceriaan, dan pulau Jawa lebih pas untuk di unggah di acara orang pinggiran dengan tema kesusahan.

Atau mungkin juga saya salah persepsi karena kebetulan menonton aktivitas masing-masing peran di daerah yang sama. Jikapun itu salah saya bersyukur. Tetapi kalau memang kebanyakan faktanya seperti itu saya jadi mempunyai pertanyaan mengapa begitu adanya? karena saya orang jawa, dan merasa sedih setiap kali menonton acara orang pinggiran, dan kesedihan saya itulah kesuksessan pencapaian tujuan dari tim kreatif acara tersebut untuk menguras emosi setiap penonton agar merasa iba dan melanjutkan tontonannya itu, berharap keajaiban terjadi pada keluarga yang diceritakan kisahnya dalam acara orang pinggiran.

Namun segala apa yang menjadi persepsi saya kedua acara ini merupakan acara favorit yang biasa saya tonton, persepsi yang terbesit dalam benak saya yang telah diuraikan diatas, terjadi saat saya merasa mengerti bahasa yang digunakan oleh orang pinggiran sedangkan saya tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh si bolang. Nah setelah saya pikir-pikir ternyata setiap saya menonton hal itulah yang terjadi. Maka saya luapkan dalam tulisan ini sebagai rasa penasaran saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun