Mohon tunggu...
Synopsis Inc
Synopsis Inc Mohon Tunggu... -

Kami adalah RHINE (Rhiry,Ito,Nura,Erland), kumpulan empat manusia berkepala 2 (memasuki umur 20an =D) yang mempunyai mimpi menjadi penulis handal. Diawali dengan kesamaan hobi dalam hal menulis, kamu kemudian membentuk komunitas "Synopsis Inc" yang siap membahas berbagai macam isu yang terjadi baik di dunia nyata maupun maya. Kami mempunyai mimpi untuk merilis sebuah buku yang berisi "sinopsis" dari kumpulan cerita menarik kami.\r\n\r\nPersonal Blog kami:\r\nRhiry http://gloriarumengan.wordpress.com\r\nIto http://sukhito-skht.blogspot.com\r\nNura http://n-tanura.blogspot.com\r\nErland http://erland90.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BBM Naik, Bagaikan Anak Kecil yang Minta Uang Jajannya Dinaikkan

30 Maret 2012   03:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini adalah sebuah ilustrasi percakapan seorang anak bersama ibunya.

Anak: “Ibu, minta uang jajan dong.”

Ibu: “Ini uang untuk kamu, lima belas ribu rupiah. Cukup kan?”

Anak: “Uang segini mana cukup ibu. Minta lebih dong.”

Ibu:”Nak, cuma ini yang ibu punya. Nanti lain kali kalau ibu punya rejeki lebih, pasti ibu kasih ke kamu.”

Anak: “Tapi beneran bu, uang segini memang tidak cukup lagi. Sekali naik angkot aja udah tiga ribu. Pulang pergi berarti uangnya tinggal tujuh ribu. Mana cukup ibu buat jajan di sekolah”

Ibu: “Iya, ibu mengerti kondisi kamu. Tapi, bukannya dengan uang tujuh ribu sudah bisa jajan? Bukannya nasi bungkus yang sering kamu beli harganya masih tiga ribu?”

Anak: “Memang sih masih tiga ribu. Tapi, masa tiap hari mesti makan nasi bungkus bu? Saya bosan. Saya pengennya bisa beli yang lebih. Saya tiap hari susah-susah belajar biar bisa jadi pintar. Kalau saya bisa pintar, kelak saat saya jadi sarjana, saya pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Nanti ujung-ujungnya duitnya akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan bapak. Anggap saja ini bentuk investasi ibu pada saya, agar kelak saya bisa menjadi orang sukses.”

Ibu: “Ya, ibu tahu. Akan tetapi, bukankah selama ini kamu selalu menggunakan uang kamu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu kamu butuhkan? Ingatkah ketika ibu kasih uang lebih untuk kamu, apa yang kamu gunakan dengan uang itu? Kamu langsung traktir teman-teman kamu di sekolah.

Anak:”Maaf bu, lain kali saya janji tidak akan boros lagi dan akan menggunakan uang saya dengan lebih bijaksana.”

Ibu:”Nak, bukannya ibu tidak mau percaya lagi sama kamu. Tiap kali ibu kasih kesempatan, kamu selalu melanggar. Kadang uang lebih yang dikasih bapak, ibu kasih semuanya untuk kamu. Kapan kamu lihat ibu pergi bersenang-senang bersama teman ibu? Semua uangnya ibu belikan untuk kebutuhan rumah tangga, dan sisanya untuk kamu.”

Anak:”Ah, ibu! Pokoknya saya tidak mau tahu, uang jajan saya harus naik! Beneran Bu, saya janji akan lebih giat belajar di sekolah.

Karena saking sayangnya ibu itu kepada anaknya, dengan terpaksa ibu itu harus memberikan uang lebih pada anaknya.

Begitulah apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Tiap hari kita melihat cerita baru bahwa ada oknum pemerintah menyelewengkan uang rakyatnya. Belum puas dengan uang yang diperoleh, kali ini lagi-lagi menaikkan harga BBM. Mereka selalu berjanji bahwa kinerja mereka akan bertambah baik seiring dengan bertambahnya dana yang diperoleh. Ujung-ujungnya, uangnya hanya digunakan untuk membangun gedung baru atau tur gratis yang berlabel 'studi banding'. Mungkin benar bahwa kenaikkan BBM tidak dapat dihindarkan lagi. Namun, jika saja pemerintah dapat menggunakan uang rakyat dengan sepantasnya, mungkin saat ini tidak akan terjadi demo di mana-mana. Menurut saya rakyat bukannya tidak mau kasih uang, tapi kalau uangnya selalu diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, mengapa kita harus memberikan uang kita pada mereka dengan cuma-cuma?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun