[caption id="attachment_317312" align="aligncenter" width="276" caption="rumah adat"][/caption]
Di jalanan aku temukan petualangan grusa-grusu yang berjalan seolah tak tau aturan,
Aku tahu dan seketika sadar kembali,
Terlahir darimu mencintaimu seucap makna beribu rasa suka.
.
Meski rinduku berkelana,
Kau tempat pulangnya.
Meski rinduku berkelana,
Kau tetap dalam setia.
.
Senyummu kebahagiaan paling mulia,
Kedamaian maha sempurna.
.
Puisi adalah,
Jalan terbaik untuk mengabadikan setiap kenangan hidupku yang kau saksikan.
.
Ada yang menari-nari dalam kata-kata,
Menangis dalam renungan,
Semua ialah cinta.
.
Sebab kamu ialah sabda Tuhan yang aku puisikan,
Tempat berteduh ternyaman yang aku punya.
.
.
Kini,
Puisiku lupa aksara,
Mati sendiri dimakan sepi,
Ketika engkau hendak diputuskan renovasi.
.
.
Aku kalah dalam hening masa lalumu,
Di puisiku, kamulah keramaian yang bicara sepi.
.
Dengan itu aku bersaksi,
Jasadku menjelma bait-bait puisi, memuisi, memuasi hati.
.
.
*image atjehlink.com