[caption id="attachment_316926" align="alignnone" width="303" caption="exotichorizons.wordpress.com"][/caption]
Hujan pun turun pukul jutuh malam,
Turun dicelah retakan langit laksana kesedihan, kita basah pasrah dalam semua kenangan. Kenyataannya aku menggigil dan berlindung sesak di kata perpisahan,
Udara dingin pertengahan januari, mengirimkan geletar asing selembut ciuaman pertama saat pagi sehangat cahaya, begitu sederhana,
Tapi ini benar hujan,
Hujan yang bahan bakar bagi penjelajah waktu menuju masa lalu. Beruntunglah ia senantiasa turun tidak naik,
Hujan mengiring semua memori ke masa lalu, termenung cerita kita sudah kelantai bercampur debu, terbang mendendangkan lagu syahdu kesepian, biarlah hujan terus begini, sebagai kenangan yang akan kita lupakan,
Entahlah,
Untuk setiap air mata yang jatuh bersama derasanya hujan, biarlah kenangan bersamamu hanyut terbawa derasanya kesedihanku,
Kala aku jatuh terpuruk, semoga ada senyummu hadir memegang jemari asaku tuk naik dan membesuk lukaku yang koma oleh kecewa,
Namun,
Tetaplah hati ini terasa amat pedih kala dulu kau bilang iya tapi sekarang kau berkata tidak tanpa dosa.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI