[caption id="attachment_317365" align="aligncenter" width="1024" caption="image"][/caption] .
Penaku berwarna merah,
Jaga-jaga untuk puisi bertema darah,
Bila kau marah, buang saja di selokan depan rumah!
.
Sore ikut menangis bersamaku,
Ledakan guntur membatuku memaki,
Aku berdiam tak berdaya, luka terlalu dalam membenam.
.
Ketabahan mana lagi yang tak kukenali,
Sedang cinta baru saja tumbuh tersemai,
Hatiku terlalu sadar suatu waktu pasti terkapar.
.
Kala tanah basah diguyur hujan,
Aku tengah bercerita tentang kepedihan,
Melambaikan tangan tanda salam perpisahan.
.
Memandang wajahmu penuh perasaan,
Menatap matamu tajam dengan satu pesan,
Sampai kapan pun cerita ini jangan pernah kau lepaskan.
.
Lutut ini tak pernah absen bertelut,
Lutut ini penompang doa-doa malam,
Saat semua kurangkum di syafaat sebelum tidur.
.
.
gambar :Â silesungpipitsprops.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H