Gitar itu
Teman keduamu setelah malam
Yang kau raba diam-diam dalam-dalam berjam-jam
.
Kehilanganmu
Seperti gitar tanpa petikan
Fingerstyle tak lagi dimainkan
Dari lagu akustik cinta yang kau nyanyikan
.
Teruslah berdendang tak berdosa
Sisipi waktu hidup kita penuh makna
Tak terkecuali saat kita duduk terhina
.
Kamulah balada riang
Penghangat jalanan kota
Bertameng santai gitar bolong
Memukul sepi dalam mengais mimpi
.
Di kanvas lugu
Aku menari-nari mengeja diksi
Yang lahir dari senyummu saat memaikan gitar
Kini, malam telah pandai membaca puisi untukmu
.
Rindu ini indah
Selalu menjelma doa-doa
Yang aku terus terucap hingga fajar tiba
.
Pada matamu yang malam
Sayup sayup terdengar sebuah lantunan
Kenangan dan waktu menutupnya pelan pelan
.
Namun,
Ada yang tak bisa dijelaskan
Saat mulut tak kuasa bersuara
Kupersembahkan saja puisi berbicara
Kurasa kau kan mengerti artinya bahagia
.
.
image rahmawords.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H