Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2022), Jawa Timur merupakan salah satu daerah penghasil jeruk terbesar di Indonesia dengan total produksi mencapai 1.134.070 ton. Di wilayah ini, berbagai jenis jeruk dibudidayakan, termasuk jeruk baby java. Jeruk ini umumnya digunakan untuk membuat minuman jeruk peras serta produk lainnya seperti permen dan sirup. Jeruk baby java dikenal sebagai jeruk manis tanpa rasa asam (acidless orange) dan sering disebut juga sebagai jeruk pacitan atau jeruk peras.
Jumlah produksi olahan jeruk yang tinggi berbanding lurus dengan jumlah kulit jeruk yang dihasilkan, mencapai 309.678 ton per tahun. Kulit jeruk berkontribusi pada peningkatan limbah organik sebesar 40-50% secara signifikan setiap tahunnya. Selain itu, kulit jeruk juga menyumbang emisi gas CO2 sebanyak 4,5 ton, yang dapat menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengolah limbah kulit jeruk guna menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Melihat kandungannya, kulit jeruk mengandung minyak atsiri yang memiliki potensi untuk digunakan di berbagai industri. Minyak atsiri adalah minyak nabati dengan aroma khas yang mudah menguap pada suhu ruangan. Minyak dari kulit jeruk baby java dapat dimanfaatkan dalam aromaterapi, sebagai pengusir nyamuk, pengharum ruangan, penambah rasa makanan, dan bahan parfum. Selain itu, limonene yang terkandung dalam minyak kulit jeruk baby java juga berguna dalam industri kosmetik, parfum, pembersih, cat, dan berbagai industri flavor lainnya. Dalam perdagangan, minyak atsiri dianggap penting untuk memproduksi barang primer dan sekunder. Menurut data International Trade Center (ITC), ekspor minyak atsiri Indonesia pada tahun 2022 mencapai USD 172,873 juta. Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) melaporkan bahwa pada tahun 2020, harga minyak jeruk 15 ml mencapai 2.980 JYP atau sekitar Rp 307.691,68 di pasar Jepang. Untuk mengekstraksi minyak dari kulit jeruk, proses ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut seperti air, etanol, heksana, atau pelarut lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H