Mohon tunggu...
Sylvia Purnomo
Sylvia Purnomo Mohon Tunggu... -

seorang gadis yang mengemban mimpi dan cita-cita orang tua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Dia Mengulurkan Tangan-Nya...

27 Juni 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih kuingat dengan jelas hari – hari pertama kedatanganku di tempat ini. Takut dan bimbang akan jalan yang kulalui. Hidup di sebuah lingkungan asing, dengan kemampuan bahasa yang pas-pasan. Hari – hari kulalui dengan perasaan tidak karuan, antara excited, gembira, namun juga takut dan gelisah. Mendengar orang – orang di sekitarku berbicara dengan cepat dan lantang namun tak satu katapun dapat kumengerti. Ketika aku mencoba mengungkapkan pikiranku, tak seorangpun memahami isi hatiku. Setelah beberapa saat disini, aku mulai kehidupan baru dalam studiku di tengah – tengah sekumpulan penduduk lokal dengan kemampuan berbahasa inggris amat sangat terbatas. Susah sekali melakukan komunikasi dengan mereka. Keadaan semakin bertambah buruk ketika ternyata pembimbingku adalah seorang nenek perfeksionis yang amat sangat tegas dan kaku. Caci maki yang menusuk hati sudah menjadi makanan dan santapan sehari – hari dalam kelompok kami. Ingin rasanya aku memberontak dan kembali pulang ke rumah. Kembali ke pelukan orang tuaku yang pastinya memberikan kenyamanan dan keamanan yang tiada bandingannya. Namun tidak, aku harus menang. I can do it!!

Pelan namun pasti, Dia menunjukkan jalan yang harus kulalui. Aku mengenal mereka, sahabat – sahabat baruku. Gibson yang memiliki perasaan lebih halus dan peka untuk memahami apa yang ingin kusampaikan, sekalipun bahasaku kacau tak karuan. Aaron yang setia kawan, usil, dan kekanak-kanakan, dengan caranya sendiri telah menjadi seorang guru pribadi dan membantuku melalui hari – hariku di sekolah. Dengan penuh kesabaran dia mengajariku berbagai hal yang aku tidak mengerti. Dan Koala, seorang yang pintar dan hangat, tak pernah lelah membantu orang lain. Belum pernah sekalipun dia menolak untuk membantuku. Sungguh, tak pernah kubayangkan bahwa Dia membantuku dengan memberikan malaikat sebagai sahabatku disini.

Selain teman sekelompokku yang sangat istimewa, Dia juga memberiku seorang malaikat untuk mendampingiku siang dan malam tanpa lelah. Malaikat itu adalah kekasih hatiku. Dengan penuh kesabaran dia berusaha membuatku bertahan menghadapi semua ini. Menjagaku agar aku tidak sampai menyerah, dan menyelesaikan studi ini dengan baik. Malaikatku terus memompa semangat ini, agar kami berdua dapat menyelesaikan studi dengan baik, dan membawa kebanggaan buat keluarga di rumah.

Dua tahun telah berlalu. Hari – hari penuh ketegangan dan kepahitan telah berhasil kulalui. Thanks God… I still cannot believe that I did it… Seminggu ini keadaan kami nyaris seperti zombie. Makan tidur pun tak tenang. Profesor terus menerus datang meneror. Bahkan sejam sebelum sidang akhir dimulai, dia masih datang menebar teror. Ini salah itu salah, ini harus diganti, itu tidak bisa dipakai, bla bla bla… tapi sungguh, kuasa Dia begitu besar, dan perlindunganNya begitu sempurna… Aku masih tak percaya bahwa aku melalui sidang ini ini dengan begitu sempurna, aku berhasil memuaskan para penguji. Bahkan berhasil menuai pujian yang sama sekali tak kusangka bakal bisa kudengar dari mulut professorku. Setelah 2 tahun dibilang bodoh, malas, orang gagal, tidak akan mungkin bisa lulus dan survive, tidak mungkin ada orang yang mau mempekerjakan aku bla bla bla…sampai aku sendiri percaya bahwa aku memang sebegitu bodohnya, sebegitu buruknya hingga tak mungkin profesor bakal mengijinkan aku lulus, tak kusangka, pada akhirnya masih ada sedikit kata pujian yang tersisa untukku.

Kini hanya rasa syukur yang tiada habisnya yang ingin kuungkapkan pada dunia. Syukur dan terimakasih atas perlindunganNya yang begitu sempurna untukku. Syukur karena Dia memberiku orang tua dan saudara yang begitu sempurna pula. Mereka tak henti – hentinya memberiku support untuk terus maju dan pantang menyerah. Mereka tak henti – hentinya berdoa demi kesuksesanku. Mereka menerimaku apa adanya, tanpa syarat dan tanpa tuntutan. Sempat ketika aku berada di titik paling bawah dan aku nyaris putus asa, ayahku berkata, “pulanglah, kalau memang ingin pulang. Tak usah dipaksakan lagi. Kamu telah melakukan yang terbaik.” Terimakasih banyak papa mama, dan dua adikku tercinta. Kalian adalah harta yang paling berharga untukku, lebih dari apapun. Demikian juga kedua nenekku tercinta. I miss u all, more than anything.

Meski hanya dalam hati, namun aku juga berterimakasih pada seseorang yang meski telah tiada namun tetap mendampingi batinku dan mensupportku dengan teladan semasa hidupnya. Betapa ketegaran dan ketabahannya di saat – saat akhir hayatnya memberiku inspirasi dan membuka mataku, betapa Tuhan begitu agung, begitu sempurna. Bahwa pasrah dan berserah diri adalah kunci menuju kesuksesan. Berusaha dan bekerjalah sebaik – baiknya, sisanya, biarkan Dia yang membuka jalan untuk kita.

Syukur dan terimakasih juga padaNya yang telah memberiku seorang malaikat kekasih hatiku yang begitu sempurna. Kesabarannya menghadapi tingkah liarku memberikan dorongan tersendiri untuk bebas berekspresi dan mengeksplorasi diri. Menjadikanku lebih maju dan mandiri, membuatku lebih mampu mengungkapkan jati diriku yang sebenarnya.

Thank you so much for my advisor. Huey-Ing Chen. she let me know what life really is. She let me know what the world really is. She teach me how to manage the emotion, how to manage the time, how to manage my opinion. and especially, she teach me how to treat your big boss. hahahahaa.....thank you so much for let me feel so confidence during my oral defense. thank you so much for everything. I'll never forget these 2 years moment. it is so wonderful.

Demikian juga untuk Aaron, Gibson, dan Koala…my precious best friends…thank you very much for helping me through this way…I really cannot do anything without you, without your help. Thank you for helping me until the end. Finally, we did it very well. Congratulations for us. Good luck for our next endeavor. I am proud of you. You are great!! You are the best!! Love you so much… Hopefully this relationship still remained forever. I am afraid of losing you…hahahahaha….

Dan banyak terimakasih terimakasih lainnya yang tidak mungkin aku tulis disini. Aku hanya dapat mengucap syukur tiada henti karena Dia telah menjadikan aku manusia yang sangat beruntung, manusia yang penuh kebahagiaan…Thanks God…Thanks for everything.

----ooo----

KEBAHAGIAAN BUKANLAH PEMBERIAN SIAPAPUN, NAMUN PILIHAN KITA SENDIRI. SUDAHKAH ANDA MERASA BAHAGIA??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun