Mohon tunggu...
Sylvia Octavianti
Sylvia Octavianti Mohon Tunggu... Guru - Guru Pebisnis dan Content Creator

Beauty, Brain, Behaviour, & Fabulous

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

A Little Thing Called love

16 September 2014   03:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali lagi gue ngeliat bayangan gue di cermin dengan penuh teliti, nothing special -_-  gumam gue dalam hati. Pengen rasanya teriak-teriak sambil joget shakalala boom boom saking nervousnya gue sama hari ini. Hari dimana gue bakalan persentasi mempertanggungjawabkan hasil penelitian mikrobiologi di depan beberapa dokter pebimbing n co-ass senior bareng ‘DIA’. Oke kenapa gue kasih tanda petik dan huruf besar pada kata dia coz dia orang yang gue suka dari awal gue masuk ne kampus.

Sebulan yang lalu pas gue liat papan pengumuman, gue serasa terbang ke langit ke tujuh (lebay mode On ._.v). Entah dosen gue yang lagi keblinger or mata gue yang salah ngeliat pengumuman “Gue satu tim ma Rick”.

Otak gue langsung ikut bicara “Siapa sich yang gak kenal Rick, mikrobiologi emang dah bidangnya dia, baik bgt lagi, pokoknya amazing dech, jadi malu sendiri kan ngebahasnya  (/.)”

“Yakin ne, pasti banyak banget yang iri ma gue” seketika aura jahat gue keluar 3:)

“HAHAHA” ketawa gue dalam hati

“ Sylvia inget diri, gak boleh gitu ah …” sisi baik gue ngingetin dengan lembut.

Seketika muncul rasa sebel sama ne cowok untuk yang kesekian kalinya. Dari awal masuk dia selalu bikin batin gue perang dunia. Kok bisa ada cowok kayak dia, perasaan gue dia tu biasa2 aja, gak amazing-amazing banget gitu, banyak yang kayak dia, tapi kok banyak juga yang suka sama dia, termasuk gue dan sahabat gue Jennifer -_- .

Jennifer dan Rick dari awal masuk kayaknya emang dah jodoh, mereka pasti satu kelompok dalam mata kuliah apapun. Jennifer sering banget cerita ke gue Rick itu kayak apa orangnya dan curhat dia yang paling bikin gue miris itu ketika dia bilang kalau dia suka Rick. Sebagai sahabat yang baik, gue hanya bisa tersenyum mengubur semua rasa gue ke Rick dalem-dalem dan ngebantu Jennifer melancarkan sinyal-sinyal cinta ke Rick. Dah dua tahun gue memposisikan diri menjadi owl pengantar sinyal cinta Jennifer ke Rick, tapi sepertinya hasilnya tetep nihil. Rick sama sekali tidak menghiraukan sinyal-sinyal itu, jujur gue seneng tapi juga tersiksa. Kalian tau dung bagaimana rasanya, perang batin antara mau memperjuangkan perasaan sendiri or menjadi seorang sahabat yang baik, dan gue milih mengorbankan perasaan gue sendiri.

Makanya pas gue liat tu pengumuman rasanya amazing banget, untuk pertama kalinya Rick satu tim ma gue, untuk pertama kalinya gue bisa ngebicarain hal lain selain misi pengantar sinyal cinta sahabat gue. Satu bulan terasa begitu cepat, selama penelitian bareng dia, rasa gue ke dia makin dalem, dia emang amazing banget. Penelitian bareng dia begitu menyenangkan dan sangat terasa mudah. Padahal kami melakukan isolasi Kromosom DNA dari E. Coli, penelitian yang butuh ketelitian, kecekatan dan perhitungan keyakinan. Bukan hanya pinter, tapi dia sabar banget. Pelajaran yang gak bakal gue lupakan, gue selalu salah ketika memindahkan DNA ke tube lain, pasti ada aja Protein yang tersedot, dan klo dah kayak gitu, percobaan harus diulang dari awal. Amazingnya dia selalu tersenyum dan bahkan bercanda atas perbuatanku, bukannya marah. Ini ketigakalinya gue ngelakuin kesalahan dalam satu hari yang sama, dengan mata basah gue ngeliat hasil kerja gue u,u.

“Kenapa Vi …” Rick nanya sambil jalan mendekat. Gue hanya bisa diem dan nunduk.

“Udah … gak papa kali Vi, laen kali biar gue aja yang ngerjain bagian ini, oke :D ”  Ucap Rick ramah

“Gak mau Rick, gue harus bisa bagian ini Rick …” bales gue dengan nada tegas

“Hmm … gitu, besok Vi gue tunjukkin caranya kenapa gue selalu bisa bagian ini” dengan yakin Rick menegaskan perkataannya

“Bukannya sama ya ma Cara Kerja di buku :o ” Ucap gue bingung

“Of Course Not, I’m a Halfblood Prince :D ” dengan sedikit bercanda yang serius Rick menggoda. Gue makin bengong dengan ucapannya.

“Yuk pulang, Vi pasti dah capek kan, lagian dah malem” lanjut Rick dengan membereskan alat-alat di meja.

“Iya ._.” Jawab gue dengan pasrah.

Besoknya Rick menepati ucapannya semalem, gue diajarin dia teknik yang sedikit berbeda dari cara kerja di buku, dan itu sangat gampang, gak serumit yang ada di buku.

Dengan deg-degan gue ngelangkah masuk ke ruang persentasi, Rick sudah ada di dalam mempersiapkan LCD dan dia tersenyum hangat ngeliat kedatangan gue. Senyum yang ngebuat suasana berubah menjadi hangat dan indah seindah musim semi. Sembari duduk dan nyiapin power point, gue mengulang sms ke Jennifer, menanyakan kenapa dia belum dateng, sebentar lagi kan persentasi gue mau dimulai. Dengan sedikit dongkol, gue mempersentasikan apa yang sudah gue dan Rick lakukan, gue gak abis fikir ma Jennifer, masa’ sahabat gue sendiri gak dateng -_-. Ditengah-tengah session tanya jawab, sms Jenniferpun masuk dengan bunyi yang sangat aneh.

Makasih banget ya Vi ..

Gue sayang banget ma Loe

Loe emang sahabat terbaik Gue

so Gue minta sekarang Loe mentingin diri Loe

Semuanya sudah cukup, We’ll be bestfriend 4ever :D

Sender : Jennifer

0817992xxxxx

Termangu gue baca sms Jennifer, maksdunya apa :o. Sentuhan tangan Rick menyadarkan gue  dari lamunan. Persentasi terus berlanjut hingga selesai tepat di 2 jam lamanya. Dokter pembimbingpun menutup persentasi dengan senyuman yang merekah, senyuman yang menandakan Nilai A sudah di tangan :D.

Gue membagikan snack kepada temen2 co-ass, sedangkan Rick beres-beres LCD, itu tugas sesuai perjanjian yang kita buat. Ketika gue selesei bagi-bagi snack, gue liat LCD masih terpasang dengan baik, dengan penuh tanya, gue mendekati Rick.

“Kok lum di beresin Rick o.o?” Tanya gue ke Rick

“I’ve Sureprise 4 you :D” Ucap Rick sambil menekan tombol play pada GOM.

Dengan perlahan muncul potongan-potongan foto-foto gue dan foto-foto animasi lucu dialunin backsound music Could it Be nya Raisa, disusul munculnya suara orang nyanyi Could It Be, yah itu suara Jennifer. Jennifer nyanyi hingga Reff, kemudian memberikan gue sebingkis kado. Gue bingung, sangat bingung, perasaan ini bukan hari ultah gue, apa gue yang amnesia :o .

“Sylvia … Would You be my Girlfriend” Ucap rick perlahan sambil memegang tangan gue dan megeluarkan sekuntum mawar putih.

Muka gue langsung memerah, trus gue ngeliat Jennifer, dan Jennifer tersenyum sambil  mengedipkan matanya, gue pun inget dengan sms Jennifer tadi.

“Sylvia …” Rick memanggil namaku dengan nada resah karena gue hanya terdiam

“eh … iya …(/.)” jawab gue dengan perasaan yang campur aduk antara seneng, malu, g percaya, ragu tp mau xD

12.12.12 tanggal sempurna yang gak bakal pernah gue lupakan seumur idup gue, tanggal terindah coz akhirnya Cinta gue terbalas dan nilai A di mikrobiologi sudah ditangan :D .

http://sylviaoctavia.wordpress.com/2014/04/15/a-litle-thing-called-love/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun