Mohon tunggu...
Humaniora

Siapakah Sosok Sang Idola Itu?

20 Februari 2017   09:12 Diperbarui: 20 Februari 2017   09:25 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: guru menulis indonesia

Dalam hidup, tentu setiap orang memiliki seseorang yang di Idolaka. entah dari sosok keluarga, teman, guru atau bahkan seorang artis berkelas sekalipun. Berbicara mengenai Idola, ketika seseorang duduk dibangku sekolah ataupun kuliah tentu mereka memiliki setidaknya satu guru atau dosen yang diIdolakan bukan ? lantas seperti apa sih sosok guru idola atau bahkan bagaimana sosok guru yang banyak diidolakan oleh siswanya ? apakah guru yang cantik atau cakep ? atau guru yang pandai ? atau seperti apa ?

Dalam era yang semakin berkambang, sosok seorang guru pun juga semakin berubah. Dizaman sekarang, menjadi seorang guru adalah bukan hal luar biasa, mengapa demikian ? karena karakter dari seseorang guru itu sendiri telah luntur bahkan tidak ada sama sekali. di era 90-an, pernyataan yang sering terdengar dan sudah tak asing bagi kita yaitu “Guru adalah orang tua kedua kita” adalah benar adanya. Yang mana sosok guru benar-benar menggantikan orang tua kandung kita ketika disekolah. Artinya orang tua telah menaruh kepercayaan penuh terhadap guru untuk mendidik anak-anaknya. Sehingga apapun yang terjadi disekolah orang tua telah memasrahkan semuanya terhadap guru. Contohnya ketika seorang anak tak mematuhi gurunya maka ia akan mendapat hukuman baik berupa perkataan atau bahkan perbuatan (pukul, cubit dll) dari guru, orang tuapun akan mendukung guru tersebut karena telah menyadari bahwa memang anaknya lah yang perlu didik. Lalau apakah fenoma itu masih terjadi diera sekarang ?

Tidak, fenomena itu kini telah tiada. Diera sekarang tak banyak sosok guru yang mampu menjadi pengganti orang tua ketika disekolah. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi antara guru dan siswa hingga guru dan orang tua siswa. Ini telah membuktikan bahwa karakter dari seorang guru sedikit demi sedikit telah luntur. Faktanya banyak dari anak zaman sekarang yang mengalami kemerosotan mental dan juga akhlak serta kurangnya kepercayaan orang tua terhadap guru sehingga banyak kasus-kasus yang berakibat terseretnya guru kepengadilan.

Jika kita cermati, sebenarnya guru sangat dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Bagaimana tidak ? sekarang guru haruslah bersertifikasi tak perduli tua ataupun muda, guru harus ahli dibidangnya, guru harus bisa menggunkan metode dan media yang semakin canggih, guru harus begini dan begitu. Al hasil guru-guru yang sepuh banyak yang dikesampingkan. Akan tetapi apakah hasil yang diperoleh siswa lebih baik dari siswa era dahulu ? yang mana guru hanya mengajar menggunakan metode ceramah, terkesan monoton bahkan juga terkadang guru tersebut ahli dibidangnya.

Satu hal yang tak kita sadari bahwa rahasia sosok guru-guru dahulu atau guru-guru sepuh zaman sekarang adalah Bahwa mereka telah mengajarkan para siswa dengan menggunakan hati. Meraka tak mengenal lelah, bahkan mereka pun iklash dan sabar dalam pengabdiannya yang bahkan mencapai 30 tahunan untuk menjadi guru walaupun dengan bayaran yang sangat murah, dari situlah timbul rasa ridho dari seorang guru yang menjadi barakah terhadap para siswanya. Sehingga tak peduli walau hanya dengan ceramah, dengan pukulan beliau kepada siswa-siswa yang tak patuh. Jika ridho dari sorang guru muncul maka sudah pasti sukses akan dicapai oleh para siswanya dan gurupun akan menjadi sosok yang diidolakan oleh siswanya.

Faktanya, dosen yang membimbing saya dimata kuliah bimbingan dan konseling, telah mengadakan survey terhadap mahasiswanya tentang guru yang diidolakan ketika duduk dibangku sekolah dulu, dan buktinya tak lebih dari 30 % mahasiswa yang mengidolakan sosok guru yang pandai, cantik ataupun cakep. Akan tetapi separuh dari siswa mengidolakan sosok guru yang memiliki sifat-sifat yang autentik. Yakni seperti sabar, humor, penyantun, sholih, bijaksana dll. Ini berarti bahwa sebagai seorang guru bukan hanya sekedar menyampaikan pembelajaran akan tetapi diharapkan mampu menjadi uswah hasanah dan juga membimbing menggunakan hati sehingga keridhoan seorang guru dapat dicapai engan mudah oleh para siswa.

Sekian, semoga opini-opini yang saya lontarkan dapat bermanfaat serta menambah khazanah keilmuan para pembaca. Trimakasih

@Tsuroyya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun