Mohon tunggu...
Syir Aja
Syir Aja Mohon Tunggu... Relawan - Pengembara di muka bumi untuk mencari ridhaNya

senang tertawa dan ditertawakan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Dioperasi di Negara Paling Bahagia Sedunia Masa Pandemi

1 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:40 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya, ada mioma, tumor di sini”, ia lalu memberi tanda pada gambar itu lalu melanjutkan

“Ukurannya 6cm, harus diangkat dan kamu harus dioperasi” simpulnya. Saya menarik nafas dalam dan berkata “Saya...” namun terhenti dan menangis, berbagai perasaan bercampur saat itu hingga teringat kepada Ibu saya yang juga mengidap tumor. Maksud hati ingin bertanya apakah mungkin saya bisa mempertimbangkan dahulu dengan suami dan keluarga, tapi di sisi lain untuk berada dalam tahap ini saya telah melalui proses yang begitu panjang, saya juga tidak ingin merepotkan setiap kali saya kambuh apalagi kami hanya tinggal berdua di negeri ini, berbagai pertanyaan muncul di kepala, saya berusaha beristighfar sambil menarik nafas. Perawat pertama berusaha menenangkan saya dan mengusap-usap bahu saya yang lain menatap dengan penuh simpati.  Lalu saya katakan

“Okay, I think I feel better now..” kami melanjutkan diskusi.

Dokter yang pada awalnya terlihat sangat penuh konsentrasi juga menunjukkan simpatinya. Setelah cukup tenang, saya bertanya beberapa hal terkait kesehatan saya, kemudian dijawab oleh Dokter itu, lalu perawat kedua mengambil peralatan pemeriksaan. Perawat pertama lalu melihat komputer dan mengatakan bahwa normalnya jadwal operasi dengan kondisi saat ini dapat dilakukan 6 bulan kemudian setelah diagnosa, namun melihat kasus saya, ia kemudian menghubungi bagian lain untuk mencari jadwal yang lebih awal, akhirnya ditemukan sekitar 2.5 bulan kemudian. Ia lalu mengukur kaki saya dan mengambilkan kaus kaki anti embolisme untuk saya gunakan. 

Mereka juga meminta maaf karena makanan halal yang saya tulis tidak tersedia, sayapun menjelaskan jika tidak ada, bisa dengan seafoodatau vegetarian, saat itu perawat muda berhijab yang selesai memeriksa saya itu melihat saya sambil tersenyum dan saya balas senyumannya. Saya menanyakan apakah boleh gambar yang dokter gunakan untuk menjelaskan kepada untuk saya bawa, lalu iaberikan bersama dokumen yang dicetak untuk saya pelajari dengan isi yang cukup tebal dalam bahasa Inggris. Seperti prosedur operasi yang akan saya lalui, berapa lama, jenis bius, skala kesakitan, prosedur paska operasi di RShingga ruang rawat serta dosis pain killer yang dinaikkan kemudian saya diminta menunggu di ruang sebelumnya.

Persiapan Menuju Operasi

Sambil menunggu hati saya berkecamuk, siapa yang dapat saya beritahu lebih dahulu soal ini karena saya tidak ingin membuat suami saya khawatir dan mengganggu kegiatannya hari ini, saya mengkonversi jam lalu mengirimkan pesan di chat terbaru kepada ipar saya yang memang tengah bertukar kabar sebelumnya, memberitahu soal kondisi saya. 

Saya lalu membuka kran wastafel untuk mengisi tempat minum, air yang dapat langsung diminum itu begitu menyegarkan kerongkongan. Sekitar satu jam kemudian saya dipanggil menuju ruangan yang berbeda, petugas menjelaskan bahwa saya mendapatkan jadwal operasi lebih cepat dari yang biasanya dijadwalkan. 

Belakangan paska operasi saya melihat koran lokal yang memberitaan bahwa antrian operasi di sini terkenal cukup panjang bisa 6 bulan bahkan satu tahun lebih, kecuali jika mau melakukan di luarRS rujukan yang harus membayar penuh sendiri, saya bersyukur sekali untuk semuanya. Selain itu, saya juga diberikan beberapa dokumen lagi diantaranya prosedur darurat jika saya tidak tahan sakit, teknis kedatangan, pemeriksaan sebelum operasi yang harus dilakukan serta jadwalnya, diet makanan yang harus saya lakukan sejak hari itu hingga beberapa jam sebelum operasi serta kontak yang dapat saya hubungi. Soal biaya sejujurnya belum terpikirkan saat itu.

Setelah menemukan waktu yang tepat, saya menjelaskan kepada suami mengenai kondisi kesehatan saya. Alhamdulillah ia tetap tegar dan meyakinkan saya bahwa jika itu ikhtiar terbaik maka akan kita jalani. Kami menelepon dan meminta kepada orang tua kami di Tanah Air untuk mendoakan. Selain itu, kami mulai mengubah diet makanan, sesuai dengan rekomendasi yang dokter berikan, mengklarifikasi beberapa hal terkait teknis pelaksanaan operasi termasuk komponen biayanya sambil membaca ulang dokumen yang diberikan dan membuka beberapa tautan.

Saya juga berusaha mencari tahu kepada beberapa kolega yang sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri baik di Helsinki, Espoo maupun yang telah pindah ke Swedia, mereka dengan senang hati menguatkan, memberikan informasi menceritakan pengalaman yang dialami mereka ataupun WNI lainnya dan memberikan semangat kepada saya agar dapat melalui proses yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun