Siapa yang menyangka, bahwa pelawak terkenal yang sering seliweran di televisi tahun 70-90 an ini adalah seorang Dosen dan penulis. Pelawak tersebut memiliki nama beken, Dono Warkop. Orang yang selalu memerankan tokoh lugu dalam setiap episodenya ini ternyata seorang Dosen dan penulis. Dono, atau yang memiliki nama lengkap Drs. H. Wahyu Sardono ini adalah alumnus Universitas Indonesia. Yang pada masa kuliahnya, beliau mengambil jurusan sosiologi di Fakultas Ilmu sosial dan politik. Yang kemudian hari beliau menjadi dosen di Universitasnya.Â
Dilansir dari Wikipedia, Dono lahir pada tanggal 30 September 1951, kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa tengah. Dan meninggal pada tahun 2001 karena kanker paru-paru. Beliau adalah satu-satunya anak lelaki dari 4 bersaudara di keluarganya.
 Kiprah Dono menjadi penulis belum banyak yang melirik. Pasalnya, Dono lebih terkenal sebagai Pelawak di Warkop DKI ketimbang menjadi Penulis dan Dosen. Karya-karya beliau pun tak sedikit. Dan semua karyanya adalah tentang kritisi dan sarat berbau sosial politik. Selain menjadi penulis, Dono juga seorang karikaturis.Â
Dono sebagai pelawak pun tidak pernah terlupakan, namanya melambung tinggi berkat karya-karyanya bersama Kasino dan Indro dalam Warkop DKI. Yang tadinya hanya kelompok dalam radio pambors, kemudian merilis film lalu berpindah haluan menjadi Series yang melejit menemani masa tahun 70 an.
Novel "Dua Batang Ilalang" menjadi salah satu karya beliau yang cukup terkenal pada masanya. Dimana beliau mengangkat isu yang tengah ramai. Dua Batang Ilalang ini mengambil setting waktu tahun 98. Dimana Indonesia tengah berada dalam krisis. Yang biasa kita kenal dengan "Kerusuhan 98".
 Dalam novel ini lebih ditekankan pada pemberontakan sejumlah mahasiswa. Dalam Novel ini, tokoh Achmad Sobary atau lebih sering muncul dengan nama Sobi. Merupakan tokoh protagonis yang memiliki karakter yang kuat. Karakter yang memiliki intelektualitas yang tinggi dan pemikiran yang kritis.
Sobi berkuliah dengan mengambil Jurusan Sosiologi, sama seperti Jurusan yang diambil Dono. Sobi adalah mahasiswa yang tidak terlalu mengikuti Organisasi di kampusnya, melainkan aktif dalam kelompok diskusinya. Kelompok diskusi yang diikuti Sobi berfokus pada masalah Sosial politik yang memang hangat diperbincangkan.
Hingga suatu hari, Sobi bertemu dengan cintanya saat menuju gedung fakultasnya. Dari situ, Sobi terus mendekati pujaan hatinya, Fatma, Gadis cantik jurusan komunikasi masyarakat.
Namun kisah cinta protagonis tidak semulus itu, apalagi latar waktu novel ini ada pada kerusuhan 98. Juga sifat Sobi yang kritis dengan pemerintah, membuat Sobi pun hanyut dalam kerusuhan itu. Pada awal bab, novel ini menceritakan tentang Sobi dan kelompok diskusinya. Juga dengan sedikit bumbu kisah romansa sang protagonis dan heroine nya. Dan tak lupa juga dengan berbagai konflik kisah cinta segitiga dan pertentangan, khas kisah roman percintaan.
Di pertengahan cerita mulai memasuki puncak perjuangan Sobi sebagai mahasiswa kritis yang ikut kerusuhan. Hal ini tak sedikit banyak mengkritisi pejabat-pejabat pemerintahan pada masa itu, dan juga sedikit menyentil aparat. Dalam bab pertengahan ini benar-benar ditunjukkan seberapa kuatnya karakterisasi Sobi sebagai mahasiswa yang peduli dengan sosial.Â
Cukup disini disclimernya, ada baiknya kalian membaca langsung karya beliau. Baik, sejak awal dijelaskan jika buku ini berlatar pada tahun 98 yang cukup sensitif untuk diangkat pada masa itu.
Namun, sekali lagi, Sosok Dono tak pernah gentar mengkritisi kerja para pejabat dengan karikatur maupun tulisannya. Hingga sosoknya masih membekas hingga kini. Buku milik Dono memiliki ciri tulisan khas, setiap membaca karyanya kalian akan menemukan satu ciri tersebut.
Buku ini juga dari awal penjelasan penuh berisi ilmu sosial dan politik dan dialog-dialog didalamnya kental dengan pembahasan tersebut. Dengan membaca ini kita akan mengetahui pemikiran dan penjelas pada masa itu, bagaimana sosial politik pada masa 98.Â
Buku ini memiliki banyak pelajaran, Meski peran Sobi penuh perjuangan dalam hidupnya, namun dengan setiap penyelesaian konflik bisa dijadikan bahan pembelajaran dan pengingat di kehidupan sehari-hari. Mungkin dicukupkan sekian tulisan saya yang bukan apa-apa ini, semoga nyaman dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, Â Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H