Pandemi covid 19 talah melanda di Indonesia sejak Maret tahun 2020. Indonesia merasakan dampak pandemi dari berbagai sektor, seperti sektor ekonomi, pariwisata, kesehatan, pendidikan, dll. Sektor pendidikan perlu mendapatkan solusi yang tepat karena hal ini berkaitan dengan generasi Bangsa Indonesia. Untuk mengurangi angka pasien covid 19, maka pemerintah memutuskan sistem pembelajaran harus dilakukan secara daring. Hal ini membuat kebingungan pihak sekolah, orang tua dan juga siswa. Keluarga di Indonesia cenderung masih belum fasih dalam penggunaan pembelajaran online. Sistem pembelajaran online sangat berdampak pada masyarakat di desa-desa karena banyak masyarakatnya yang masih gagap teknologi. Hal ini terjadi pula di Desa Kesambirampak, Kabupaten Situbondo.
“Pandemi covid 19 ini tentu sangat berdampak terhadap efisiensi pembelajaran. Banyak siswa dan orang tua siswa yang merasa kebingungan dengan sistem pembelajaran daring apalagi sejak diberlakukan PPKM sejak tanggal 3 juli” Ujar Bapak Abdurahman selaku ketua RW 05 Desa Kesambirampak.
Ketua RW juga menjelaskan bahwa sudah beberapa kali terjadi pergantian sistem pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar. Sejak lndonesia memutuskan untuk karantina mandiri pada Maret 2020, Pemerintah mewajibkan semua pembelajaran dilakukan secara daring. Dikarenakan kurangnya efektifitas pembelajaran daring, sekolah berinovasi yaitu melakukan pembentukan kelompok belajar bagi siswa yang rumahnya berdekatan, dan guru akan datang ke rumah-rumah yang ditempati kelompok belajar secara bergantian. Pembentukan kelompok belajar bertujuan agar siswa bisa menerima penjelasan materi dari guru secara langsung. Karena sistem pembelajaran door to door membuat guru kewalahan, maka sekolah memutuskan untuk melakukan tatap muka di sekolah setelah pemerintah memperbolehkan sekolah yang berada di zona hijau untuk melakukan tatap muka.
Desa Kesambirampak merupakan desa yang terletak di pinggiran kota. Masyarakat Desa Kesambirampak sudah mengenal teknologi dan jaringan internet di desa tersebut sudah lancar. Tetapi tidak semua masyarakat Desa Kesambirampak bisa menggunakan Teknologi dengan mahir. Ini terbukti dari pembelajaran daring yang belum efektif. Masih banyak masyarakat yang belum memahami cara menggunakan aplikasi bantu belajar daring, yaitu seperti Zoom dan Google meet. karena hal tersebut maka program KKN BTV III Universitas Jember diharapkan dapat membantu permasalahan yang terjadi pada sektor pendidikan selama masa pandemi.
“Sistem pembelajaran online dengan media whatsApp sangat tidak efisien karena guru hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu” Ujarnya Ibu Lilik selaku salah satu orang tua dari siswa kelas 6 SD. Beliau juga mengatakan bahwa orang tua juga mengalami kesulitan untuk menghadapi sistem pembelajaran online, karena tidak semua orang tua dapat mendampingi anak-anknya dan tidak semua orang tua paham dengan materi yang ada di sekolah. Hal ini terbukti dari data yang bersumber website resmi Desa Kesambirampak menyatakan bahwa Mayoritas penduduk di Desa kesambirampak adalah yang belum sekolah atau tidak bersekolah yaitu sebesar 29,31%. Jumlah lulusan terbanyak kedua adalah yang tamat SD/sederajat sebesar 28,70% . Dan lulusan terbanyak ketiga adalah lulusan SMA/sederajat sebesar 17,92 %.
Dari hasil wawancara dengan siswa dan orang tua siswa di Dusun Pajuko'an RT 03 RW 05 Desa Kesambirampak dapat terdeteksi bahwa selama pembelajaran daring ada beberapa masalah yang dihadapi. Diantaranya adalah tidak semua siswa memiliki sarana prasarana sekolah daring, biaya untuk membeli paket internet dirasa terlalu memberatkan bagi sebagian wali murid, bantuan kouta internet oleh pemerintah tidak tepat guna, jumlah guru yang tidak mengakomodasi pelaksanakan pembejaran secara door to door atau secara berkelompok, anak atau siswa mengalami tingkat kejenuhan dan tidak bisa focus dengan pembelajaran online, tidak semua orang tua dapat mendampingi anak-anak, dan aplikasi tidak bisa diterapkan karena terdapat beberapa kendala.
Mengacu pada hasil dari wawancara maka saya membuat program yang dapat membantu permasalahan siswa yaitu :
- Membentuk kelompok belajar dengan 4 orang siswa
- Melakukan pendampingan belajar dengan kelompok belajar yang dibentuk
- Melakukan pengenalan zoom dan google meet kepada siswa dan orang tua siswa
- Melakukan pengenalan aplikasi Kahoot kepada siswa dan guru
KKN BTV III Telah berjalan selama 3 minggu dari tanggal 11 Agustus 2021, Program yang dilakukan adalah Pembentukan kelompok belajar, pengenalan aplikasi zoom meeting dan google meet kepada orang tua siswa. Program yang belum terlaksana akan dilanjutkan sampai berakhirnya kegiatan KKN BTV III yaitu pada tanggal 9 september 2021.
Program KKN BTV III yang dilakukan dengan pengenalan dan pendampingan Aplikasi Teleconference kepada orang tua serta siswa dapat menjadi solusi terhadap kurangnya pemahaman pengaplikasian teleconference. Program KKN BTV III ini dilakukan dengan skala kecil sehingga tidak memberikan dampak yang besar. Jika hal ini dilakukan dengan skala besar maka sistem Blended Learning dapat diberlakukan di Sekolah Dasar di Desa Kesambirampak.
Pembentukan Kelompok belajar juga dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan semangat belajar siswa yang telah menurun akibat tidak efektifnya pembelajaran selama pandemi covid. Pemahaman siswa mengalami penurunan dari segi kualitatif dan juga kuantitatif. Kelompok Belajar dengan skala kecil dapat dijadikan sebuah media untuk memberikan materi yang tidak siswa dapatkan di sekolah karena keterbatasan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H