Mohon tunggu...
Syila Nurhaya
Syila Nurhaya Mohon Tunggu... Guru - Keep pray, life, and teach

moeslim, life long learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nyala Api Sang "Badiuzzaman" sebagai Amunisi Umat Era 4.0

4 November 2020   14:28 Diperbarui: 4 November 2020   14:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Agama adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang akal "

Begitulah kutipan kalimat sang badiuzzaman Said Nursi. Kecintaanya pada ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu pokok ajaran islam membawanya untuk mengembara mencari ilmu dari guru ke guru, dari desa ke desa, dari satu kitab ke puluhan kitab.

Acap kali dalam pengembaraannya ini beliau didera kesulitan dan juga rintangan. Namun tekad bulat dan keyakinannya bahwa Allah lah yang akan menjaganya sekalipun dari balik dinding penjara yang dingin beliau tetap berkarya tanpa pantang menyerah dan tetap harum namanya hingga akhir hayat.

Kisah hidup sang badiuzzaman (keajaiban zaman) patutlah menjadi lecutan dan pekikan semangat bagi umat islam yang hidup di era modern yang di sebut era 4.0. Era dimana semakin maju teknologinya namun semakin terasa mundur peradabannya terutama dalam bidang moralitas.

Seiring dengan kemajuan zaman yang seakan menuntut umat untuk lihai dalam perkembangan teknologi membuat kita lupa bahwa peradaban yang maju tidak hanya dapat dinilai dari segi  kualitas kemajuan IPTEK-nya namun juga sisi moralitasnya. Begitu banyak kasus penyimpangan sosial, kesenjangan sosial, kriminalitas, diskriminatif golongan, dan korupsi, yang setiap tahun meningkat presentasenya secara statistik. Tak ayal segala permasalahan yang ada dapat di robohkan akar muasalnya melalui perbaikan moral.

Teringat Salah satu kisah atau sejarah hidup sang badiuzzaman Said Nursi di mana beliau ini diasuh oleh kedua orang tua yang begitu kuat menjaga wira'i-nya, menanamkan kuat kejujuran, keberanian, kemandirian kepada Said Nursi sehingga beliau tumbuh menjadi anak yang berkarakter berani dalam menghadapi tantangan dan menyampaikan kebenaran, memegang teguh aqidahnya, cerdas dalam ilmu pengetahuan, dan sangat menjunjung tinggi adab dalam segala bidang. 

Sekelumit kutipan kisah hidup tersebut dapat menjadi modal kuat kita semua bahwa penanaman karakter yang kuat tentu akan membuahkan hasil luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Mirza dan Nuriye yakni kedua orang tua Badiuzzaman Said Nursi dalam mendidik anak-anaknya.

Asumsi umat mengenai paradigma penanaman moral dari pola asuh orang tua perlu di kuatkan. Sebab dasar pendidikan pertama terdapat dalam pondasi keluarga. Kemudian dari segi ekternal yakni penimbaan ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan juga perlu pemupukan yang lebih mantap lagi mengenai penanaman karkater berikut aplikasinya secara langsung di lingkungan lembaga.

Dalam lingkup sosial pun memerlukan tindakan yang sama dalam penguatan karakter sehingga mendorong umat untuk terbiasa masuk dalam berbagai pembiasaan yang positif sebagai dasar pembentukan karakter sehingga moralitas dapat terjunjung dengan baik. Bersamaan dengan ikhtiar dan langkah ini lah awal dari perbaiakn moralitas di mulai.

Begitu banyak pekikan semangat membuncah secara tersurat dalam berbagai media, cetusan beragam  pendapat, hingga aksi debat, sahut menyahut demi menyuarakan demoralisasi yang kian kritis di tengah derasnya arus globalisasi. Jangan sampai aspirasi ini hilang begitu saja mari memulai dari diri sendiri dengan mengambil langkah dan peran sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing. Mari mulai bertindak untuk mengembalikan umat dalam kendali moralitas yang lebih baik. Teringat pula pada sebuah hadits Rasulullah SAW

" Sesungguhnya Aku ( Rasulullah SAW ) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik " ( HR. Ahmad )

Hadits ini adalah amunisi semangat untuk sama-sama membangun generasi yang berdaya gengsi dalam pengetahuan namun memiliki kualitas moral, akhlak, karakter yang benar-benar sesuai tuntunan islam. Sehingga umat tidak hidup dalam kendali zaman namun justru sebalikanya umat mampu mengendalikan zaman sehingga terbebaslah dari segala macam bentuk perbuatan negatif, dan tentu selaras dengan tujuan Rasulullah SAW diutus ke dunia ini.

Teringat kembali salah satu kutipan kalimat Badiuzzaman Said Nursi yang berbunyi

" Bismillah "

Pangkal segala kebaikan

Permulaan segala urusan penting,

Dan dengannya juga kita memulai segala urusan 

Kutipan ini menjadi ibrah terkhusus bagi saya dengan makna mari kita mulai dengan Bismillah untuk sama-sama melangkah melakukan perubahan-perubahan kecil yang kemudian akan menjadi bukit keberhasilan dikemudian hari. Lakukan peran terbaik mu sekarang demi menyelamatkan generasi umat dari bobroknya moralitas.


ALLAHUAKBAR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun