Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha atau bisnis yang dimiliki oleh suatu badan usaha ataupun perorangan secara produktif, dan usaha tersebut telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. UMKM dapat dikatakan sebagai pemecah masalah perekonomian dan kunci kemajuan ekonomi Indonesia. UMKM menjadi salah satu bentuk kemampuan mandiri perkembangan masyarakat dalam bidang ekonomi. Pemerintah pun memberi dukungan penuh kepada para wirausaha. Masalah kurangnya lapangan kerja dan kemiskinan dapat diatasi dengan adanya UMKM.
Terdapat berbagai macam bidang UMKM dalam masyarakat, seperti fashion, kuliner dan sebagainya. Sebagaimana UMKM yang ada di Desa Jeru diantaranya adalah anyaman tempeh, batu bata, tahu, tape kuning, keramik, mebel dan masih banyak lagi. Namun, mayoritas usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa Jeru adalah UMKM batu bata dan tahu.
Rabu, 28 Desember 2022, mahasiswa KKM 171 Caraka Abhirama UIN Maliki Malang melakukan kunjungan pada beberapa UMKM desa Jeru. Kunjungan pertama dilakukan pada UMKM anyaman tempeh yang terletak di bagian Jeru utara. Bapak Ahmad dan istrinya merupakan pemilik usaha tempeh yang sudah berdiri sejak puluhan tahun.Â
Usaha turun temurun dari bebuyut mereka lanjutkan hingga saat ini. Anyaman yang dihasilkan tidak hanya tempeh, ada juga tumpu dan tedok. Dalam tiga hari mereka dapat memproduksi 50 biji anyaman tempeh dengan 4 orang karyawan.Â
Bambu yang digunakan merupakan bahan sendiri, satu batang besar bambu bisa menghasilkan 20 biji anyaman tempeh. Harga jual barang senilai Rp. 10.000, setiap tiga hari tersebut barang jualan akan didistribusikan ke pasar melalui tengkulak. Penghasilan yang didapat tidak menentu, sesuai dengan banyaknya pesanan. "Nggeh mboten mesti, karek piro pesenan seng terimo" jawab pak Ahmad ketika ditanya pendapatan yang didapat dalam sebulan.
Kunjungan kedua dilakukan pada UMKM batu bata yang telah didirikan sekitar 30 tahun lalu. Bapak Sholeh selaku pemilik usaha batu bata mengatakan bahwa usaha tersebut juga merupakan usaha keluarga. Usaha batu bata ini merupakan mata pencaharian utama Bapak Sholeh.Â
Untuk proses pembuatan dengan jumlah banyak menghabiskan waktu sekitar 10 hari pada musim kemarau, Â sedangkan pada musim hujan bisa sampai 20 hari dan hal itu membuat para pengusaha sedikit kewalahan. Hebatnya, pak Sholeh tidak dibantu dengan pekerja satupun.Â
Produksi batu bata dalam sebulan bisa mencapai 14.000 batu bata dengan keuntungan sekitar 2,5 juta. Permintaan produksi paling banyak saat ini ialah daerah Pasuruan dan Surabaya yang digunakan untuk proyek-proyek besar. Tanah yang ditempati pak Sholeh dan 4 pengusaha lain merupakan tanah sewa dengan biaya 10 juta dalam setahun.