1. Rangsangan tanpa syarat (Unconditioned Stimulus, UCS): Stimulus yang secara alami memicu respon tanpa perlu pembelajaran, misalnya makanan yang memicu air liur.
2. Respon tanpa syarat (Unconditioned Response, UCR): Respon alami terhadap stimulus tanpa syarat, seperti air liur sebagai respon terhadap makanan.
3. Rangsangan netral (Neutral Stimulus, NS): Stimulus yang awalnya tidak memicu respon, seperti lonceng sebelum diasosiasikan dengan makanan.
4. Rangsangan terkondisi (Conditioned Stimulus, CS): Stimulus yang sebelumnya netral, tetapi setelah diasosiasikan dengan stimulus tanpa syarat, dapat memicu respon, seperti lonceng yang akhirnya memicu air liur.
5. Respon terkondisi (Conditioned Response, CR): Respon yang muncul sebagai hasil dari asosiasi antara rangsangan netral dan stimulus tanpa syarat, seperti air liur sebagai respon terhadap bunyi lonceng.
3. Aplikasi di Dunia Modern
Teori Pavlov tentang kondisioning klasik masih sangat relevan hingga saat ini dan telah diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan modern, baik di bidang psikologi, pemasaran, pendidikan, hingga terapi.
a. Psikologi dan Terapi Perilaku Dalam psikologi, kondisioning klasik diterapkan dalam terapi perilaku, khususnya untuk mengatasi fobia dan kecemasan. Misalnya, dalam terapi pemaparan (exposure therapy), seorang pasien secara bertahap dipaparkan pada stimulus yang menyebabkan rasa takut atau kecemasan (misalnya, laba-laba), dengan tujuan untuk mengubah respon emosional negatif menjadi lebih netral atau positif.
b. Pembelajaran Dalam pendidikan, konsep kondisioning klasik dapat dilihat dalam proses pembelajaran. Guru mungkin menggunakan pujian atau penghargaan sebagai rangsangan terkondisi untuk memotivasi siswa agar lebih bersemangat dan terlibat dalam pelajaran. Dengan kata lain, siswa bisa belajar untuk mengaitkan perilaku positif dengan hasil yang menguntungkan.
c. Pemasaran dan Periklanan Industri pemasaran sering menggunakan prinsip kondisioning klasik untuk menciptakan asosiasi emosional positif antara produk dan konsumen. Misalnya, iklan sering menggunakan musik ceria atau gambar bahagia yang bisa menjadi rangsangan terkondisi. Konsumen bisa mengasosiasikan produk dengan perasaan positif, meskipun produk itu sendiri tidak memiliki hubungan langsung dengan emosi tersebut.
d. Pengkondisian Konsumen Perusahaan dapat menggunakan metode ini untuk menciptakan loyalitas merek. Misalnya, seseorang yang sering mendengar jingle iklan tertentu atau melihat logo merek bisa mengalami respon terkondisi, seperti merasa senang atau puas ketika melihat produk tersebut di toko, meskipun mereka belum membeli produk tersebut.