Pavlov's Dog Experiment adalah salah satu eksperimen paling terkenal dalam psikologi yang diperkenalkan oleh ilmuwan Rusia, Ivan Pavlov, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Eksperimen ini membuka jalan bagi pemahaman tentang kondisioning klasik, sebuah konsep fundamental dalam psikologi.
1. Latar Belakang Eksperimen
Ivan Pavlov awalnya bukan seorang psikolog, melainkan seorang fisiolog yang tertarik pada proses pencernaan. Ketika ia meneliti anjing, ia menyadari bahwa anjingnya mulai mengeluarkan air liur setiap kali melihat asistennya yang biasa memberinya makan, bahkan sebelum makanan diberikan. Fenomena ini memicu rasa penasaran Pavlov, dan ia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.
Dalam eksperimen klasiknya, Pavlov melakukan langkah-langkah berikut:
Anjing awalnya dipaparkan dengan makanan, yang merupakan rangsangan tanpa syarat (unconditioned stimulus). Ketika makanan diberikan, anjing akan mengeluarkan air liur, yang merupakan respon tanpa syarat (unconditioned response).
Pavlov kemudian memperkenalkan lonceng sebagai rangsangan netral (neutral stimulus). Lonceng ini awalnya tidak menghasilkan respon apa pun dari anjing.
Selama beberapa kali, Pavlov membunyikan lonceng setiap kali sebelum memberikan makanan. Setelah beberapa pengulangan, anjing mulai mengaitkan bunyi lonceng dengan makanan.
Akhirnya, anjing mulai mengeluarkan air liur hanya dengan mendengar bunyi lonceng, bahkan ketika makanan tidak diberikan. Dalam hal ini, lonceng telah menjadi rangsangan terkondisi (conditioned stimulus), dan air liur anjing menjadi respon terkondisi (conditioned response).
2. Teori Kondisioning Klasik
Eksperimen ini mengarah pada teori kondisioning klasik atau kondisioning respon, di mana makhluk hidup bisa belajar mengaitkan dua stimulus yang sebelumnya tidak berhubungan. Dalam kasus ini, anjing belajar mengaitkan bunyi lonceng dengan datangnya makanan, sehingga bunyi itu sendiri bisa memicu respon air liur.
Prinsip dasar dari kondisioning klasik adalah: