Mohon tunggu...
Syifaul Jannah
Syifaul Jannah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama saya Syifaul Jannah, saya seorang mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesehatan Mental di Ruang Kelas: Tantangan dan Solusi Kontemporer

11 Januari 2025   22:43 Diperbarui: 11 Januari 2025   22:43 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Guru Kreator

Menurut Kittleson (2019), kesehatan mental adalah keadaan psikologis, emosional, dan sosial yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Kesejahteraan siswa dalam konteks kehidupan pendidikan mereka bergantung pada kesehatan mental mereka. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kesehatan mental yang baik akan lebih bahagia, memiliki interaksi sosial yang lebih positif, lebih mampu menangani stres, dan berprestasi lebih baik secara akademis (Perera & Wheeler,2021). Penelitian lain menunjukkan bahwa kesehatan mental yang baik dapat berdampak pada kepuasan, interaksi sosial yang positif, dan keterampilan manajemen stres (Jiang et al,2019). Oleh karena itu, mendorong kesehatan mental siswa bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan lingkungan belajar yang lebih ideal. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan mental mereka dimulai dengan pendidikan kesehatan mental (Mulyani & Habib, 2020). Pembelajaran  pendidikan kesehatan mental harus terus dilakukan karena siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Sekolah dapat memberikan lingkungan yang mendukung secara emosional kepada siswa dengan menerapkan pendidikan kesehatan mental (Nuroch & Habib, 2020).

Sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung siswa secara emosional (Nurochim, 2020). Kesehatan mental dalam pendidikan melibatkan beberapa dimensi penting meliputi:

  •  Pertama, kesadaran: baik pendidik maupun siswa harus menyadari pentingnya kesehatan mental dan bagaimana kesehatan mental dapat berdampak pada kehidupan mereka (Bordovsky, 2022). Kesadaran ini mencakup kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan emosional, menyadari sinyal peringatan penyakit mental, dan menyadari sumber daya bantuan yang dapat diakses untuk mengetahui sumber daya yang tersedia untuk memberikan bantuan.
  • Kedua, pendidikan dan pemahaman: pendidikan kesehatan mental di sekolah meliputi pemberian informasi dan pemahaman menyeluruh kepada pengajar dan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan mental (Kittleson, 2019). Hal ini mencakup pemahaman tentang berbagai isu kesehatan mental, cara mengenali gejalanya, dan pentingnya mendapatkan dukungan dan bantuan yang tepat (Anisa & Ramadhan, 2021).
  • Ketiga, deteksi dan intervensi dini: deteksi dini terhadap potensi masalah kesehatan mental pada guru dan siswa merupakan komponen kunci dari kesehatan mental dalam pendidikan (Stein & Russell, 2021). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi gejala-gejala ketidaknyamanan mental, seperti perubahan perilaku, penurunan motivasi, atau perubahan suasana hati yang mencolok (Bordovsky, 2022). Strategi intervensi yang tepat, seperti menawarkan dukungan emosional, konseling, atau merujuk mereka ke sumber daya profesional yang tepat, dapat digunakan dengan diagnosis dini atau pengarahnya ke sumber daya ahli yang sesuai.
  • Keempat, pengembangan keterampilan dan strategi: Mengembangkan kemampuan dan strategi yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan mental merupakan komponen dari pendidikan kesehatan mental di sekolah (Marinucci et al., 2023). Menurut Jiang dkk. (2019), hal ini mencakup pengembangan kemampuan dalam manajemen stres, komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan, dan resolusi konflik. Siswa seharusnya dapat mengatasi rintangan dalam hidup mereka dengan kemampuan-kemampuan ini. Siswa dapat melakukan aktivitas fisik termasuk berolahraga, berpartisipasi dalam kelas pendidikan jasmani, dan lain sebagainya.

Selain melibatkan beberapa dimensi penting, kesehatan mental siswa di sekolah menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks, terutama di era digital saat ini. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh siswa meliputi:

  • Cyberbullying: Penindasan siber dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri, kecemasan, dan depresi.
  • Tekanan Akademik: Siswa sering mengalami tingkat stres yang signifikan sebagai akibat dari persaingan yang ketat untuk meraih kesuksesan akademik.
  • Pengaruh Media Sosial: Dengan membandingkan kehidupan seseorang dengan kehidupan orang lain yang tampaknya ideal, media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan tidak puas dengan diri sendiri.
  • Kecanduan Gadget: Penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu interaksi sosial dan siklus tidur siswa.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Waktu di depan layar sering kali mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik, yang merugikan kesehatan mental. 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan di lingkungan sekolah:

  • Pendidikan Kesehatan Mental
    Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan masalah ini, masukkan pendidikan kesehatan mental ke dalam program akademik.
  • Layanan Konseling
    Menyediakan layanan konseling yang mudah diakses oleh para siswa dengan menggunakan psikolog sekolah atau guru bimbingan konseling.
  • Program Dukungan Teman Sebaya
    Mempromosikan inisiatif dukungan teman sebaya yang memungkinkan siswa untuk saling membantu satu sama lain dalam masalah kesehatan mental.
  • Kegiatan Relaksasi
    Rencanakan kegiatan yang dapat meredakan stres bagi siswa, seperti sesi lemparan bebas atau kegiatan fisik lainnya.
  • Menciptakan Ruang yang Aman
    Menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan aman di mana siswa dapat mengekspresikan emosi dan masalah mereka tanpa khawatir mendapat stigma.

Sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kesehatan mental siswa, namun pihak sekolah tetap membutuhkan kerjasama dengan orangtua atau keluarga. Berikut peran sekolah dan keluarga dalam menjaga kesehatan mental siswa:

  •  Bekerja sama dengan orang tua, yaitu dengan mengedukasi orang tua mengenai masalah kesehatan mental dan cara membantu anak-anak mereka di rumah.
  • Kebijakan anti bullying, dengan menetapkan kebijakan anti-bullying yang ketat untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan membantu anak-anak dalam mengatasi hambatan kesehatan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun