Mohon tunggu...
Syifa Szafira
Syifa Szafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komputer

Jadilah diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang dapat bisa dipercaya selain Allah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hacker Memanfaatkan Pandemi Covid-19

1 Mei 2020   21:42 Diperbarui: 1 Mei 2020   21:56 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini dunia diguncangkan dengan adanya virus Corona atau disebut juga dengan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Virus Corona yang kini mewabah memiliki nama resmi SARS- CoV-2 atau Severe Acute Respiratory Syndrome  Coronavirus 2. Virus ini adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia, virus ini menyerang sistem pernapasan, dari yang mengalami gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Walaupun begitu, tetapi dari banyaknya kasus yang terkena virus ini bisa sembuh. Virus Corona ini lebih banyak menyerang lansia karena sistem imun pada tubuh lansia sudah berkurang, sebenarnya virus ini dapat menyerang siapa saja mulai dari bayi, anak-anak hingga orang dewasa, maka dari itu diwajibkan untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan.

            Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan sudah menyebar hampir seluruh negara termasuk Indonesia. Hal tersebut menyebabkan negara-negara maju maupun berkembang seperti Indonesia menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam pencegahan penyebaran virus Corona. Maka dari itu, agar dapat terputusnya rantai virus Corona, pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap berada dirumah selama wabah ini, kecuali yang sangat berkepentingan untuk pergi keluar seperti mencari nafkah diharapkan untuk menggunakan masker saat berada diluar rumah, jaga jarak terhadap orang lain disekitar, rajin mencuci tangan, hindari keramaian dan selalu menjaga kebersihan.

Saat ini masyarakat tengah mengalami lockdown yang telah diberlakukan oleh pemerintah, selama masa quarantine ini berlangsung banyak masyarakat yang menggunakan video conference untuk mempermudah pekerjaan mereka seperti mahasiswa, pekerja kantoran sampai negara juga menggunakan video conference agar bisa berkomunikasi atau melakukan rapat disaaat lockdown seperti ini. Video conference yang banyak dilakukan atau banyak digunakan di masyarakat seperti aplikasi Zoom. Aplikasi ini sangat membantu masyarakat, dengan jumlah peserta yang banyak saat video conference dilakukan. Aplikasi ini salah satu video conference favorite bagi masyarakat karena mudah digunakan.

Dengan banyaknya pengguna aplikasi zoom selama pandemic covid-19, memberikan peluang bagi hacker untuk meretas sistem keamanan yang ada pada zoom. Para hacker meretas akun dari masyarakat untuk menyalahgunakan akun masyarakat di zoom, mengambil data dari pada pengguna zoom dan dijual belikan mereka di dark web. Drak web adalah konten World Wide Web yang ada di darknet, situs yang tidak dapat di akses begitu saja dengan mesin pencarian tetapi memerlukan perangkat lunak tertentu, konfigurasi atau otorisasi untuk mengaksesnya. Mereka juga mengirimi gambar atau pun pesan-pesan yang tidak senonoh pada saat video conference berlangsung.

Seperti dilansir pada IDN Times (Kamis, 16 April 2020), lebih dari 530 ribu data pengguna Zoom dikabarkan dijual di dark web oleh para hacker. Pihak pertama yang menemukan pembobolan pada data pengguna Zoom ini adalah Cyble, sebuah perusahaan cybersecurity di Amerika Serikat. Menurut laporan dari BleepingComputer, data dijual dengan harga yang sangat murah di dark web, yaitu US$0,002 atau setara dengan Rp31,58 per akun. Menurut laporan Cyble, hacker tidak meretas Zoom secara langsung, mereka meretas satu akun pengguna untuk membobol sistem privasi data aplikasi tersebut. Cara ini cukup pintar mengingat pergerakan yang kecil dapat membuatnya tidak terlihat oleh system Zoom. Hacker juga menggunakan metode yang disebut dengan credential stuffing. Jadi, mereka menggunakan kombinasi email dan password yang ditemukan di Zoom untuk login ke media sosial lain. Karena banyak dari masyarakat yang menggunakan email dan password untuk seluruh akun yang mereka pakai, dan itu memudahkan para hacker meretas akun mereka dan mengambil data-data dari mereka.

Di Indonesia ada beberapa masyarakat yang mengalami hal serupa, laptop mereka di retas dan ada email yang masuk bahwa ada seseorang yang mencoba masuk ke akun mereka. Setelah mengetahui hal tersebut banyak dari mereka segera meungkin uninstall aplikasi Zoom dari handpone maupun laptop mereka. Seperti dilansir pada The Jakarta Post (Selasa, 28 april 2020),  kekhawatiran semacam itu tidak hanya menghantui pengguna individu atau masyarakat. Kementrian Pertahanan misalnya, mengeluarkan surat edaran pada 21 April yang melarang stafnya untuk menggunakan Zoom atas masalah keamanan, setelah mengetahui bahwa Zoom telah melaporkan duplikasi lalu lintas ke server di negara lain, membuka kemungkinan percakapan melalui platform yang akan dipantau oleh pihak ketiga. Dari pemberitahuan tersebut kita bisa mengetahui bahwa hacker sedang meretas aplikasi Zoom.

Di negara lain juga juga melakukan hal serupa kepada warga negara dalam bidang pendidikan dengan memberhentikkan penggunaan Zoom seperti di lansir di The Jakarta Post (Singapura, Jum’at, 20 Apri 2020), Singapure telah menghentikkan penggunaan aplikasi Zoom Video Communication untuk pendidikan sekolah berbasis rumah setelah laporan peretas melanggar beberapa sesi dan memposting gambar cabul saat video conference berlngsung. Aplikasi Zoom memang mempunyai fitur pengendalian jarak jauh, yang dapat dikendalikan dari jauh, biasanya ini digunakan dalam rapat yang dikendalikan oleh yang menggunakan rapat di Zoom. 

            Selain aplikasi Zoom, ada aplikasi Whatsapp yang diretas oleh hacker, hanya saja tidak memborbardir seperti aplikasi Zoom. Setelah mendapat laporan, pihak Zoom atau CEO Zoom meminta maaf atas ketidak nyamanan pengguna dalam privasi pengguna dan memperbaiki dengan meningkatkan keamannya dalam versi terbarunya, yaitu meningkatkan standar enkripsi. Zoom juga menyediakan akses yang lebih mudah dalam control keamanan untuk pengguna dan pengaturan kata sandi default untuk sebagian besar pengguna Zoom. Langkah tersebut adalah rencana dari pihak Zoom 90 hari untuk meningkatkan masalah privasi pengguna dan keamanan aplikasi Zoom.

Walaupun berita ini sudah tersebar ke seluruh dunia, banyak kementrian Indonesia dan oraganisasi masih menggunakan Zoom untuk mengadakan rapat, konferensi pers, karena Indonesia belum ada aplikasi telekonferensi sendiri. Mahkamah Agung juga masih menggunakan aplikasi Zoom ini untuk persidangan virtualnya. Menteri komunikasi dan informasi mengatakan bahwa aplikasi Zoom aman bagi pemerintahan, karena kantor sekretaris yang mengendalikan pada saat video conference berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun