oleh Syifa Susilawati
Di sembarang masa,
Hujan di langit berganti turun di mataku,
mengutuk basah menjadi aliran mustajab
Kacau sudah jiwaku yang lapang
Dipenuhi ribut hingga detak kedzaliman
menguntit do'a-do'aku
Seperti tiada maaf bagi senja
yang memilih gelap ketimbang menaiki
kereta siang yang deras oleh hujan
Padahal aku mau kita menari-nari
Menunggu matahari tenggelam,
merayakan gemuruh angin
di bawah pohon akasia,
sambil membaca masa depan.
Ciputat, 16 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H