Mohon tunggu...
Syifa Sabila
Syifa Sabila Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Fashion

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA YANG KEKAL

27 Februari 2024   09:30 Diperbarui: 27 Februari 2024   09:54 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syifa Sabila Anugrah Putri

12 IPS 1 SMAN 3 Kabupaten Tangerang

 

     Masyarakat Sumatera Barat biasa dikenal sebagai suku Minangkabau. Suku Minangkabau mempunyai adat istiadat yang berbeda di setiap daerah atau suatu kelompok yang mempunyai kekhasan dan keunikan dalam pelaksanaan ritual upacara adat. Suku Minangkabau memiliki beberapa upacara adat yang terdiri dari upacara baralek, alek batagak rumah, upacara kematian, alek batagak gala, upacara turun mandi, dan sebagainya.

     Kota Solok merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai keunikan dan kekhasan dalam melaksanakan suatu upacara adat. Upacara adat pada dasarnya merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan dengan pelibatan banyak orang yang di dalamnya ada interaksi sosial menurut pola yang berdasarkan pada aturan adat tertentu. Di sini adat menjadi panutan dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat yang didasari oleh budi pekerti dan juga mengandung nilai-nilai berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan adat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat, maka tidak heran jika Kota Solok menjadi salah satu daerah yang masih hidup dengan adat istiadat.

     Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah upacara turun mandi bayi atau yang sering disebut "Turun pancuran" ini sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun dan bahkan sudah ratusan tahun yang lalu dilakukan kepada bayi yang baru lahir. Tujuan dari turun mandi untuk meresmikan si bayi untuk bisa mandi ke sungai dan keluar rumah dengan bebas tidak seperti yang sebelum-sebelumnya. Karena bayi masih kecil dan dalam proses pemulihan tidak dibolehkan keluar rumah. Atau pergi mandi ke sungai jika umur sang bayi sudah 40 hari atau lebih maka sang bayi sudah diperbolehkan untuk turun mandi, akan tetapi jika umur bayi belum sampai 40 hari maka pelaksanaan turun mandi belum diperbolehkan.

     Melalui upacara ini, kita dapat menjaga dan mempertahankan tradisi yang telah ada selama berabad-abad dalam budaya Minangkabau. Melalui generasi berikutnya, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tidak terlupakan dan terus hidup. Upacara ini menghormati leluhur dan nenek moyang kita yang telah menjaga dan mewariskan tradisi ini kepada kita. Dengan melanjutkan dan menjalankan upacara ini, kita menghargai kontribusi mereka dalam mempertahankan budaya Minangkabau. Melestarikan Upacara Turun Mandi Bayi Tradisi Minangkabau juga penting untuk menjaga keberlanjutan budaya kita.

     Namun Globalisasi membawa pengaruh pada perubahan dalam diri masyarakat dan lingkungan hidupnya serentak dengan laju perkembangan dunia, sehingga terjadi pula dinamika masyarakat, terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada, terjadi perubahan pola pikir masyarakat dapat mempengaruhi kelangsungan tradisi yang dianggap kuno oleh sebagian orang.

     Salah satu faktor yang menjadi penyebab hilangnya tradisi Turun mandi yaitu, pertama tidak adanya sungai yang dapat digunakan untuk turun mandi menyebabkan banyaknya kegiatan-kegiatan dan unsur-unsur dalam prosesi turun mandi mulai berubah bahkan ada yang sudah hilang. Seperti tempat prosesi turun mandi yang tidak dilakukan disungai melainkan di depan rumah dengan air secukupnya. Perubahan tempat tersebut menghilangkan kegiatan melempar jala kepada bayi dan dukunnya. Selain itu penanaman kayu yang sudah terikat dengan buah pinang, dan daun sirih juga tidak akan ditemukan lagi. Namun lain halnya dengan yang terjadi pada saat sekarang, tradisi ini sudah hampir punah (hilang) karena faktor alam yang di mana hampir seluruh sungai di daerah ini sudah tercemar akibat aktivitas tambang emas.

     Yang kedua faktor ekonomi, di kehidupan sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga banyak masyarakat yang memillih untuk tidak melaksanakan tradisi ini. Maka dari itu banyak masyarakat yang menyepelekan atau menganggap bahwa tradisi ini tidak begitu penting dilakukan. Adanya kekhawatiran bahwa Tradisi turun mandi ini menjadi hilang atau diubah oleh generasi selanjutnya tanpa adanya pedoman yang jelas.

     Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga warisan budaya yang ada dan mendukung upaya untuk melestarikan tradisi seperti upacara turun mandi bayi Minangkabau. Upaya yang harus dilakukan untuk mengenalkan tradisi ini kepada generasi muda adalah melalui pendidikan dan kesadaran. Serta sekolah-sekolah dan komunitas lokal dapat memainkan peran penting dalam mengajarkan dan mempromosikan kegiatan dari nilai-nilai tradisional. dengan melibatkan masyarakat dan mengajarkan tradisi ini kepada generasi muda, kita juga dapat memastikan pengetahuan, nilai, dan budaya ini terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun