Penerapan metode selawat dalam pembentukan karakter religius remaja di TPA Nurul Harumain desa Asam Peutik
Â
Syifa nabillah
syfanbllah8@gmail.com
Nim : 1012018077
Â
Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan
Â
ABSTRAK
Â
Penelitian yang penulis lakukan fokus dengan pembentukan karakter religius melalui shalawat di TPA Nurul Harumain Desa Asam Peutik, Kec. Langsa Lama Kota langsa. latar belakang masalah dari penelitian ini adalah berkembangnya perkembangan zaman, teknologi dan ilmu pengetahuan yang mudah diakses memicu terjadinya penurunan karakter kepada para remaja. Hal ini diperlukan adanya usaha yang dilakukan oleh para remaja melalui sadar, teratur, terarah, sebagai bentuk membangun pribadi yang berkarakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode shalawat dan pelaksanaan proses pembentukan karakter religius remaja di balai TPA Nurul Harumain.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan mengambil tempat penelitian di balai TPA Nurul Harumain desa Asam Peutik dengan subjek penelitian meliputi dewan pengasuh balai TPA, dewan penasehat TPA, dewan pembina TPA dan remaja. Metode pengambilan data dilakukan melalui: 1) Wawancara. 2) Observasi. 3) Dokumentasi.
Hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa penerapan metode shalawat dan proses pembentukan karakter religius remaja dengan tahapan sebagai berikut : 1). Metode Al-mauizah al-hasanah. 2). Metode Al- mujadallah. Sedangakan dalam proses pembentukan melalui : 1). Pembiasaan. 2). Nasehat. 3). Keteladanan 4). Pengawasan. Faktor pendukung dan penghambat yaitu dukungan yang tinggi dari pihak lembaga yaitu tengku beserta jajaran dewan penasehat, dewan ustadz-ustadzah, dengan memberi motivasi semangat terhadap para remaja dalam kegiatan ini dan tidak lupa dukungan masyarakat sekitar dan orang tua merasa senang dengan diadakan kegiatan ini. Faktor penghambatnya para remaja yang latar belakangnya berbeda karakter. Kurang lengkapnya sarana prasarana yang ada di TPA.
Â
KATA KUNCI : PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS, PENERAPAN METODE, REMAJA, SHALAWAT.
Adapun persoalan lain yang menjadikan faktor utama yaitu kurangnya motivasi semangat belajar pada diri peserta didik dan orang tua.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik yang berjudul "Penerapan metode selawat dalam pembentukan karakter religius remaja di TPA Nurul Harumain desa Asam Peutik".
Â
Â
Â
Metode
Â
Pengabdian kegiatan ini dilakukan menggunakan metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan ceramah, diskusi, tanya jawab, serta simulasi dengan ilustrasi pada peserta didik.
Â
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis.
2. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,peraturan-peraturan, kegiatan-kegiatan, foto-foto,film dokumenter. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang balai TPA Nurul Harumain dan hal-hal lain yang menyangkut tentang pendidikan seni selawat dibalai TPA Nurul Harumain desa Asam peutik.
Â
Â
Â
Â
Pelaksanaan kegiatan
Â
Pemaparan dari beberapa materi mengenai seberapa pentingnya memperbaiki karakter remaja melalui motivasi untuk berselawat. Semua itu dijelaskan dengan memberikan beberapa ilustrasi dan pembawaan yang akan membuat peserta didik (santri) terkesan menjadi termotivasi dan tersadar akan pentingnya amalan selawat sebagai pembentukan karakter.
Kurangnya kemampuan peserta didik dalam seni berselawat membuat peserta didik menjadi malas dan tidak percaya diri dalam belajar seni selawat. Ditambah lagi kurangnya tenaga pengajar dan minim nya pendidik dalam penguasaan metode pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik menjadi kurang termotivasi.
Dengan adanya metode selawat yang sudah tersistem, peserta didik dapat dengan mudahnya berjalan dalam memperbaiki sikap yang menjadi salah satu bentuk karakter ataupun kepribadian masing-masing peserta didik. setiap bacaan dan sedikit memahami teori kaidah dalam membaca Al-Quran. Adapun sosialisasi yang diberikan kepada peserta didik yaitu:
Â
Pertama, memberikan motivasi kepada peserta didik mengenai pentingnya berselawat yang merupakan salah satu kewajiban setiap umat muslim.
Kedua, menjelaskan kepada peserta didik bahwa wajibnya berselawat sebagai jalan pembuktian atas kecintaan terhadap Rasulullah SAW. Sebagai jalan menerima syafaat baginda SAW.
Ketiga, Menyampaikan kepada peserta didik mengenai metode dalam  seni berselawat,mulai dari macam-macam selawat sampai beragam variasi dalam seni berselawat. (Departemen Agama, 2006)
Keempat, Mempraktekkan, mencontohkan, atau membenarkan bagaimana cara membaca selawat yang baik dan benar sesuai dengan standar yang telah di ajarkan.
Setelah mensosialisasikan beberapa hal diatas kepada peserta didik, mereka terlihat lebih antusias dan semangat belajar untuk mempelajari seni berselawat serta memperbaiki karakter menjadi kepribadian yang baik menurut agama islam. Terlebih lagi di zaman sekarang banyak sekali pengaruh yang membuat kurangnya semangat mereka untuk belajar seni selawat karna faktor teknologi salah satunya gadget.
Menjadi pendidik dan orang tua di era digital ini sangatlah tidak mudah. Pendidik dan orangtua tentu membutuhkan kesabaran dengan niat dan keteguhan hati dalam bersikap juga dalam bertindak. Dengan demikian peran pendidik dan orang tua sangatlah penting dalam membimbing dan mendidik anaknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Â
Berdasarkan hasil kemampuan seni selawat yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar tahsin di balai TPA Nurul Harumain, diperoleh bahwa peserta didik masih kurang lancar dalam melantunkan beberapa variasi selawat serta belum mempraktekkan irama dari setiap selawat yang telah disampaikan.
Peserta didik dinyatakan hanya bisa baca saja belum bisa menerapkan kaidah tajwidnya sehingga saat pelafalan makhraj belum sesuai dengan standar
bacaan.
Begitu pula dengan membaca hukum mad. Mad merupakan memperpanjang atau menahan bacaan ketika mengucapkan salah satu huruf dari huruf-huruf mad (AlJamzury, 2018) walaupun masih ada saja yang belum tepat membaca mad maka harus bisa dan konsisten. Oleh sebab itu sangat penting bagi peserta didik mengetahui dasar ilmu tajwid tidak hanya mempermudah namun juga untuk meningkatkan kemampuan melantunkan selawat secara fasih dan benar.
Bagi santri yang masih kurang baik dalam melafalkan selawat. Proses dalam pembelajaran terlebih dahulu di awali dengan teori lalu di terapkan kedalam bentuk tulisan serta di peraktekkan.
Setelah teori tersampaikan dan mempraktekkan pengucapan makharijul huruf selanjutnya peserta didik diperintahkan untuk melafalkan selawat secara bersamaan. guru pun ikut serta dalam mencontohkan bacaan yang diikuti oleh seluruh peserta didik guna melatih peserta didik untuk melafalkan selawat sesuai dengan kaidah tajwidnya.
Kemudian ustad mengecek bacaan santri satu persatu. Santri yang tidak di tunjuk ikut menyimak bacaan temannya. Sedangkan Untuk guru sendiri juga menyimak dan meluruskan bagaimana pelafalan makhraj huruf tersebut sehingga santri ada perubahan setiap harinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa menerapkan metode selawat dalam pembentukan karakter religius dapat berpengaruh terhadap kemampuan melafalkan selawat. Karena dalam setiap pertemuan terdapat peningkatan pada peserta didik dalam melantunkan selawat sesuai kaidah yang telah ditetapkan baik dari segi makhraj maupun kelancaran.
Â
Â
Â
Â
Kesimpulan
Â
Kegiatan KKN DR berbasis keilmuan prodi diperuntukkan supaya peserta didik termotivasi untuk belajar seni selawat yang menggunakan metode tahsin. Kegiatan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan ceramah, diskusi, dilanjutkan dengan simulasi.
Adapun hasil dari kegiatan belajar seni selawat antara lain: pertama, Metode tahsin merupakan metode yang menitik beratkan kepada makhraj dan tajwid sehingga dapat meningkatkan kemampuan berselawat dan memperbagus bacaan sekaligus irama yang telah ditetapkan secara umum sesuai dengan kaidah dan standar yang telah di ajarkan. Kedua, dengan metode tahsin pendidik mencontohkan terlebih dahulu lalu bergantian secara individu peserta didik untuk berselawat dan disimak oleh pendidik dan peserta didik lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H