B. Kemungkinan adanya penipuan dan manipulasi Tidak semua influencer transparansi dan jujur dalam mempromosikan produk, sering kali influencer memasarkan produk atau layanan yang berkualitas rendah tetapi memberikan pernyataan palsu atau tidak sesuai kenyataan. Semua itu dilakukan agar hubungan bisnis mereka dengan pemilik merek tetap terjalin dengan baik.Â
C. Memanipulasi emosi konsumen Beberapa influencer menerapkan strategi manipulatif untuk membangkitkan emosi audiens, yang dapat berpengaruh pada keputusan pembelian tanpa mempertimbangkan kebutuhannya.
 Influencer memiliki potensi yang besar untuk mempengaruhi konsumen terutama pada generasi Z yang mudah terpengaruh, baik secara positif ataupun negatif. Dengan begitu sangat bermanfaat untuk konsumen berpikir secara kritis memahami penjelasan yang disampaikan oleh para influencer dan memikirkan keputusan pembelian yang tepat dan sesuai. Begitupun dengan influencer harus ikut andil untuk setiap konten yang dibagikan dan perlu menjamin kalau produk atau layanan yang dipromosikan dapat dipertanggung jawabkan. Hindarilah menjadi sosok yang terlalu konsumtif, yang dapat membuat generasi Z kesulitan dalam menabung. Penting untuk mengembangkan kemampuan dalam memilah informasi yang relevan agar dapat mengambil keputusan pembelian yang lebih bijaksana. Generasi Z perlu lebih peduli terhadap nilai yang ada di dalam diri mereka sendiri saat membuat pilihan pembelian, alih- alih hanya mengikuti orang lain atau terpengaruh oleh FOMO (Fear of Missing Out), yaitu perasaan cemas yang muncul ketika melihat orang lain melakukan sesuatu yang baru atau takut tertinggal dari tren dan perkembangan terkini, seperti yang dijelaskan oleh Merriam Webster. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak mudah terpengaruh oleh siapapun termasuk pemasaran dari influencer yang tidak sesuai dengan kebutuhan pribadi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H