media sosial menjadi bagian pemanfaatan strategi untuk pemasaran yang digunakan. Beragam metode pemasaran diterapkan, seperti iklan, endorsement, paid promote, dan lain-lain. Adapun pendekatan yang sedang populer digunakan saat ini dengan memanfaatkan influencer di media sosial sebagai platform untuk mempromosikan produk.Â
Seiring dengan kemajuan revolusi industri 4.0, masyarakat Indonesia mengalami perubahan signifikan yang memengaruhi cara mereka berbelanja sehari-hari. Kini, tidak perlu meluangkan waktu untuk pergi ke pasar, offline store, minimarket, atau mal untuk berbelanja, melalui aplikasi online yang tersedia semua dapat melakukan pembelian di rumah atau dimana saja. Seperti Shopee, Tokopedia, TikTokshop, atau Lazada, kehadiran e-commerce di Indonesia semakin banyak yang mendukung pola belanja konsumen secara online. Adanya kemudahan ini membuka peluang bagi banyak produk untuk dipasarkan secara online, memungkinkan jangkauan yang lebih luas terhadap konsumen. Saat ini, internet danInfluencer merupakan sosok yang dikenal secara luas di platform media sosial dan memiliki sejumlah pengikut yang cukup besar, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi perilaku atau pandangan orang-orang yang mengikuti mereka (Hariyanti & Wirapraja, 2018: 141). Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang profesi, termasuk selebriti, tokoh masyarakat, seniman, dan berbagai profesi lainnya. Penggunaan influencer sebagai metode pemasaran produk semakin populer karena dianggap lebih hemat biaya dan jauh lebih efektif jika disandingkan dengan iklan di media tradisional seperti televisi, surat kabar, atau papan iklan, di mana biaya yang harus dikeluarkan untuk iklan konvensional biasanya jauh lebih tinggi. Namun, meskipun iklan di media sosial terus berkembang, jumlah pengiklan di platform ini jauh lebih rendah pemilihnya jika disandingkan dengan media konvensional seperti televisi. Pernyataan ini diketahui dari data yang dirilis oleh Lembaga survei Nielsen, yang menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pengiklan terhadap media konvensional seperti TV masih sangat tinggi. Sebagai contoh, pada tahun 2017, proporsi belanja iklan di Indonesia yang dialokasikan untuk televisi mencapai sekitar 80% dari total belanja iklan, sementara kontribusi media digital hanya sekitar 12%, meskipun ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (Lubis, M, 23 April 2019).Â
Dampak dari kehadiran influencer saat ini mempunyai pengaruh besar dalam keputusan pembelian terutama di kalangan generasi Z. Gen Z berasal dari kata Zoomer, yang berarti mereka yang lahir dan tumbuh bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi, sehingga dapat mengikuti perkembangan teknologi dan internet secara dekat. Generasi Z merupakan kelompok yang terlahir antara tahun 1995 dan 2010 (Putra, S. Y. 2016: 130). Sementara itu, Singh, (2014) menyebutkan bahwa generasi Z lahir antara 1995 hingga 2012 (Singh, 2014: 59). Dengan demikian, generasi Z terdiri dari individu yang berusia antara 7 hingga 24 tahun, yang menunjukkan bahwa mereka berada dalam rentang usia produktif. Sebagian dari generasi Z telah memasuki dunia kerja, sementara yang lain masih menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar atau bahkan anak-anak. Kelompok ini telah hidup berdampingan dengan internet langsung dan media sosial sejak mereka lahir, bahkan saat masih dalam kandungan. Hal ini menyebabkan mereka sangat terlibat dalam perkembangan berbagai platform media sosial yang terus-menerus muncul, seperti Facebook yang diluncurkan pada tahun 2004, YouTube yang hadir pada tahun 2005, Twitter yang muncul pada tahun 2006, dan Instagram yang dirilis pada tahun 2010. Dengan demikian, media sosial kerap kali menjadi bagian yang tidak kalah penting dan melekat dalam keseharian generasi ini.Â
Seiring terjadinya peningkatan penggunaan media sosial, terkhusus Instagram, sebagai wadah untuk mempromosikan produk atau melakukan endorsement, hal ini semakin memperkuat relevansi pernyataan mengenai besarnya pengaruh influencer terhadap keputusan pembelian yang diambil oleh generasi Z di platform tersebut. Instagram, yang dikenal sebagai media sosial paling populer dan paling disukai generasi Z, dengan adanya fitur Instagram story, reels, dan lainnya, jauh mengalahkan platform media sosial lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Forrester Research pada tahun 2014. Oleh karena itu, strategi promosi yang dilakukan di Instagram dianggap sangat efektif dalam menarik perhatian konsumen. Terdapat pengaruh yang baik dan cukup signifikan dari yang dilakukan oleh para influencer di Instagram terhadap keputusan pembelian yang diambil oleh generasi Z.Â
Penelitian menunjukkan bahwa responden dari generasi ini cenderung lebih mudah terpengaruh oleh seseorang influencer yang mereka lihat di Instagram saat sedang ingin membuat keputusan untuk membeli suatu produk. Selain itu, daya tarik atau attractiveness dari influencer yang menjadi endorser juga berkontribusi terhadap minat beli generasi Z terhadap produk yang mereka promosikan. Oleh karena itu, strategi penjualan yang memanfaatkan endorsement dari influencer di Instagram dapat dianggap sebagai salah satu elemen kunci dalam memengaruhi keputusan pembelian generasi Z. Namun, penting bagi generasi Z untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis guna mempertimbangkan informasi yang mereka terima dari media sosial, termasuk produk pemasaran dari influencer. Ada beberapa dampak kehadiran influencer yang memunculkan sisi positif dan negatif terhadap perilaku konsumen:Â
Dampak positif dari hadirnya influencer terhadap perilaku konsumen:Â
A. Membentuk keputusan pembelian Seorang influencer mampu memperkenalkan sebuah produk dan layanan baru kepada para konsumen, dengan cara memberi penilaian yang jujur hasil dari pengalaman pribadi mereka. Dengan begitu dapat sangat membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian yang sesuai.
 B. Meningkatkan kesadaran merek Dengan adanya influencer dapat membantu meningkatkan eksposur merek dan bisa menjangkau audiens yang lebih luas. Bekerja sama dengan influencer yang tepat bisa memperkuat citra positif merek.Â
C. Mendorong trending dan inovasi Influencer kerap kali berperan sebagai penentu tren, dengan memperlihatkan gaya hidup, produk yang dipakai, atau layanan baru yang kemudian diikuti para pengikutnya.
 Dampak negatif dari hadirnya influencer terhadap perilaku konsumen:Â
A. Konsumsi berlebihan Dari promosi produk dan gaya hidup mewah yang ditampilkan oleh para influencer dapat menciptakan keinginan yang tidak penting dan dapat mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan. Ini dapat mempengaruhi kondisi keuangan individu dan berdampak buruk terhadap lingkungan.Â