Syifa El Sahla Jayadi
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
syifasahla157@gmail.com
Pendahuluan
Di era digital yang terus berkembang, kebudayaan literasi membaca menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih telah mengubah cara kita mengakses, berbagi, dan mencerna informasi. Seiring dengan kemajuan ini, masyarakat telah beralih dari membaca teks cetak ke literasi digital. Sebagai hasilnya, kita berada dalam era di mana sumber informasi melimpah, tetapi tingkat literasi membaca yang efektif dalam konteks digital menjadi semakin penting. Tantangan utama yang kita hadapi adalah bagaimana memastikan bahwa literasi membaca yang efektif tetap relevan di era digital ini. Saat kita terombang-ambing oleh aliran informasi yang tak henti-hentinya di media sosial, aplikasi berita, dan platform daring lainnya, pertanyaan muncul tentang sejauh mana kita benar-benar memahami apa yang kita baca, bagaimana kita menilai sumber informasi, dan bagaimana kita dapat membedakan antara berita yang sah dan informasi palsu.
Data UNESCO juga menunjukkan bahwa Indonesia negara dengan tingkat minat baca yang rendah. Pendapat tersebut dibuktikan dengan survei yang dilakukan terhadap penduduk di negara-negara ASEAN. Budaya membaca di Indonesia menempati peringkat paling rendah dari tujuh negara yang termasuk anggota ASEAN dengan nilai 0,001. Angka tersebut dapat diartikan dari sekitar seribu penduduk Indonesia hanya satu yang memiliki budaya membaca tinggi. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam mengupayakan budaya literasi masyarakat, utamanya di era digital seperti sekarang (Saadati & Sadli, 2019).
Dalam masyarakat yang semakin terfokus pada media digital, perubahan sosial ini memicu refleksi tentang peran literasi membaca dalam membentuk pandangan dunia, mengatasi perpecahan, dan memahami perubahan budaya yang tengah berlangsung. Oleh karena itu, relevansi tulisan ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari kita, di mana kita semua sebagai individu yang terlibat dalam media digital dan interaksi online. Mengingat dampak besar dari literasi membaca dalam era digital terhadap pemahaman kita tentang dunia, evolusi budaya, dan perubahan sosial, tulisan ini menyoroti pentingnya pemahaman terhadap konsep dasar ilmu sosial dalam konteks ini.
Upaya Perkembangan Kebudayaan Literasi Membaca dalam Era Digital
Perkembangan budaya literasi dalam era digital memunculkan tantangan yang signifikan yang tidak bisa diabaikan, melainkan harus dihadapi dengan bijak dan cerdik. Indikator keberhasilan dalam membangun budaya literasi digital telah menjadi tolok ukur penting dalam pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Oleh karena itu, upaya membangun budaya literasi digital ini mengharuskan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk para pemangku kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
Budaya literasi digital tidak hanya mencakup keterampilan operasional dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan "membaca" dan "memahami" konten digital serta kemampuan "menciptakan" dan "menulis" dalam konteks yang semakin berubah ini. Kita tidak dapat hanya menyalahkan internet, gadget, atau komputer sebagai penyebab rendahnya budaya literasi. Terdapat sejumlah faktor lain yang memengaruhi, termasuk kurangnya kebiasaan, pengetahuan, motivasi, dan ketersediaan sarana pendukung.
Membangun budaya literasi digital merupakan upaya yang sangat penting dan bisa diwujudkan dengan berbagai cara. Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca. Hal ini memerlukan kerjasama dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat untuk membangun kesadaran ini. Orang tua, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah memiliki peran yang sangat vital dalam memastikan ketersediaan buku sebagai alat utama membangun budaya literasi.