Belajar itu seperti perjalanan dari tidak bisa menjadi bisa. Pada awalnya, kita mungkin tidak tahu atau tidak mampu melakukan sesuatu. Namun, melalui proses belajar, kita mulai memahami, berlatih, dan menguasai suatu hal tersebut. Hasil dari belajar ini biasanya bersifat permanen atau relatif tetap, artinya apa yang kita pelajari bisa kita ingat dan gunakan dalam jangka waktu yang lama. Jadi, belajar membantu kita berkembang dan menjadi lebih mampu dalam melakukan berbagai hal.
Dalam pendidikan, sangat penting bagi seorang guru untuk memahami psikologi perkembangan siswa. Karena setiap siswa memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda, baik itu dalam hal kemampuan berpikir, emosi, atau cara mereka belajar. Dengan memahami hal ini, guru dapat lebih mudah mengetahui cara yang tepat untuk mendukung siswa di setiap tahap perkembangan mereka, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif. Teori pembelajaran ini membantu guru memahami bagaimana metode terbaik mengajar dan bagaimana menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mendukung.
Behaviorisme adalah teori psikologi yang mempelajari perilaku manusia dan hewan dengan cara yang bisa diamati. Intinya, behaviorisme lebih fokus pada apa yang bisa dilihat, bukan apa yang ada dalam pikiran seseorang. Teori behaviorisme beranggapan bahwa semua perilaku manusia dan hewan dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan dari lingkungan. Jadi, menurut teori ini, apa yang kita lakukan adalah respon terhadap apa yang terjadi di sekitar kita.
Perilaku bisa dipelajari, dibentuk, atau bahkan diubah dengan cara memberikan apresiasi atau hukuman. Misalnya, jika kita sering mendapat hadiah setiap kali berperilaku baik, kita cenderung akan terus berbuat baik karena kita belajar bahwa perilaku tersebut membawa hasil positif. Ini adalah contoh pembelajaran yang menjadi inti dari behaviorisme. Jadi, behaviorisme menganggap bahwa perilaku manusia dan hewan bisa dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan mereka.
Salah satu konsep penting dalam behaviorisme adalah pengondisian klasik, yang pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Ivan Pavlov. Ivan Pavlov (1849–1936) adalah seorang ilmuwan Rusia yang terkenal karena penemuannya dalam bidang psikologi dan fisiologi, khususnya mengenai konsep pengondisian klasik (classical conditioning). Meskipun Pavlov awalnya dikenal sebagai ahli fisiologi, penemuan terbesar dalam kariernya datang dari eksperimen yang ia lakukan dengan anjing. Penemuan ini menjelaskan bagaimana perilaku bisa dipelajari melalui asosiasi antara stimulus yang awalnya netral dengan stimulus yang menghasilkan respon tertentu. Dalam eksperimennya, Pavlov menguji bagaimana anjing bisa belajar merespon sesuatu yang awalnya tidak mereka respon, dengan cara menghubungkan rangsangan baru dengan rangsangan yang sudah dikenal oleh anjing.
Misalnya, pertama, anjing diberikan makanan, secara tidak langsung anjing akan mengeluarkan air liur karena makanan itu membuat anjing merasa lapar atau ingin makan. Ini adalah respon yang disebut "refleks”. Kedua, ketika anjing mendengarkan suara bel tanpa ada makanan, anjing tidak akan mengeluarkan air liur. Suara bel tidak punya hubungan dengan rasa lapar, jadi anjing tidak bereaksi apa-apa. Ketiga, Pavlov mulai memperkenalkan suara bel setiap kali memberikan makanan kepada anjing. Jadi, anjing mendengar suara bel, lalu diberi makanan yang membuatnya mengeluarkan air liur. Anjing mulai belajar bahwa suara bel selalu diikuti dengan makanan, sehingga ia mulai mengeluarkan air liur hanya karena mendengar suara bel. Keempat, setelah beberapa kali mengulang hal ini, anjing mulai mengeluarkan air liur hanya dengan mendengar suara bel, meskipun tidak ada makanan yang diberikan. Hal ini terjadi karena anjing sudah belajar menghubungkan suara bel dengan pemberian makanan. Jadi, suara bel yang tadinya tidak mempengaruhi anjing, sekarang telah membuat anjing bereaksi seperti ketika makanan diberikan.
Seperti contoh lain, guru memberikan stimulus (hadiah atau hukuman) berdasarkan tindakan siswa (respon). Jika siswa masuk kelas tepat waktu, mereka mendapatkan apresiasi atau hadiah, yang bisa membuat mereka merasa senang dan termotivasi untuk terus datang tepat waktu. Sebaliknya, jika siswa terlambat, mereka mendapatkan hukuman, yang bisa membuat mereka merasa tidak nyaman dan berusaha menghindari hal itu di masa depan.
Seiring waktu, siswa akan mulai terbiasa datang tepat waktu karena mereka menghubungkan tindakan mereka (masuk kelas tepat waktu) dengan hadiah yang menyenangkan, dan menghindari terlambat karena takut mendapat hukuman. Inilah yang dimaksud dengan stimulus (hadiah atau hukuman) yang mempengaruhi respon (tindakan siswa), yang pada akhirnya membuat siswa belajar untuk selalu datang tepat waktu.
Kesimpulannya, belajar adalah proses yang membantu kita berkembang dari tidak bisa menjadi bisa, dan hasilnya biasanya bersifat permanen. Dalam pendidikan, sangat penting bagi guru untuk memahami psikologi perkembangan siswa agar dapat mendukung mereka dengan cara yang tepat, sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru memerlukan teori pembelajaran yang tepat, seperti teori konstruktivisme, yang menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar.
Selain itu, teori behaviorisme juga memiliki peran penting dalam pendidikan. Behaviorisme menjelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang membentuk respon siswa. Misalnya, melalui pengondisian klasik yang ditemukan oleh Ivan Pavlov, kita dapat melihat bagaimana perilaku dipelajari melalui asosiasi antara stimulus dan respon. Dalam konteks pendidikan, guru dapat menggunakan hadiah atau hukuman sebagai stimulus untuk membentuk perilaku siswa, seperti mendorong mereka untuk datang tepat waktu dengan memberikan apresiasi atau menghindari keterlambatan dengan memberikan hukuman.
Dengan memahami teori-teori ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka, baik dalam aspek akademis maupun perkembangan pribadi mereka.