Mohon tunggu...
Syifa Aulia
Syifa Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Rekan Sejawat : Ester Talenta Novjalia Marbun Jurusan : Akuntansi (C) Dosen pengampu : Verra Rizki Amelia, S.E., M.ACC. Mata kuliah : Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pasar Persaingan Sempurna (XXVII)

27 Oktober 2023   21:23 Diperbarui: 27 Oktober 2023   21:28 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Akhmad Pide

Secara umum, pasar persaingan sempurna dicirikan oleh fakta bahwa tidak ada satu perusahaan pun yang mempunyai pengaruh terhadap harga produk yang dijualnya. Pasar persaingan sempurna memiliki beberapa ciri yang membedakan: (1) terdapat banyak pembeli dan penjual di pasar; (2) barang dagangan yang dijual bersifat homogen; (3) adanya kebebasan masuk dan keluar dari industri; (4) mobilitas sempurna faktor-faktor produksi; (5) biaya transportasi diasumsikan dapat diabaikan; (6) baik pembeli maupun penjual independen dalam pengambilan keputusan dan terdapat pengetahuan yang sempurna.

Karena terdapat banyak pembeli dan penjual di pasar dan produknya homogen, tidak ada satu pun pembeli dan penjual yang dapat menguasai pasar sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap harga pasar produk tersebut. Contoh perusahaan persaingan sempurna adalah warung sayur dan money changer. Harga ditentukan oleh kekuatan pasar yaitu permintaan dan penawaran dan masing-masing harus menerima berapa pun harga yang berlaku di pasar. Baik penjual maupun pembeli adalah pengambil harga dan hanya ada satu harga pasar pada satu waktu. Penjual tidak mungkin menaikkan harga produk dengan mengurangi outputnya karena kliennya dapat dengan mudah beralih ke penjual lain. Demikian pula, tidak ada satu pembeli pun yang mampu menurunkan harga karena dia hanya satu-satunya pembeli. Karena banyaknya pembeli dan penjual, pembeli tidak menerima perlakuan istimewa apa pun. Selain itu, karena komoditas tersebut identik di mata konsumen dan mereka tidak dapat membedakan apakah produk tersebut berasal dari perusahaan A, perusahaan B, atau perusahaan C. Produk dari perusahaan yang berbeda merupakan barang pengganti yang sempurna bagi konsumen, oleh karena itu, mereka tidak bersedia membayar lebih dari yang berlaku di pasar. Karena homogenitas produk, tidak ada perusahaan yang dapat menaikkan atau menurunkan harga produknya di atas atau di bawah harga pasar tanpa dampak serius terhadap penjualannya. Jika penjual menaikkan harga, dia akan kehilangan semua pelanggannya karena mereka beralih ke perusahaan lain. Oleh karena itu, perusahaan persaingan sempurna adalah pengambil harga dan karenanya kurva permintaannya (AR) adalah garis lurus horizontal dan juga MR = AR = harga.

Karena perusahaan persaingan sempurna tidak mampu menentukan harga, maka perusahaan akan berusaha menentukan output yang akan memaksimalkan keuntungannya. Ada dua pendekatan untuk mencapai maksimalisasi keuntungan. Pertama, pendekatan total output dimana perusahaan bertujuan untuk menghasilkan tingkat output dimana (TR-TC) maksimum. Pendekatan kedua adalah pendekatan marjinal dimana perusahaan memaksimalkan keuntungannya dengan memproduksi sampai tingkat output dimana MC = MR. (MC harus memotong MR dari bawah). MR mengacu pada perubahan total pendapatan perusahaan yang timbul dari penjualan satu unit produk tambahan, sedangkan MC mengacu pada peningkatan total biaya yang timbul dari produksi satu unit lagi. Jika MC > MR, kurangi output; Jika MC < MR, tingkatkan output.

Kesimpulannya, karena perusahaan dalam pasar persaingan sempurna tidak dapat menentukan harga dalam jangka pendek, maka perusahaan akan berusaha menentukan output ekuilibrium yang akan memaksimalkan keuntungan dengan berproduksi pada MC = MR. Dalam jangka panjang, karena adanya kebebasan masuk dan keluarnya perusahaan dalam industri, perusahaan PC harus menyesuaikan outputnya. Dalam skenario terburuk, ketika AR < AC dalam jangka panjang, perusahaan harus tutup. Namun, persaingan sempurna adalah model statis dan asumsinya sangat kecil kemungkinannya ditemukan di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun