Mohon tunggu...
syifa syafiqah
syifa syafiqah Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Syiarsya

SMA IC BAIZ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kebobrokan Jurnalistik Media dan Laman Publik Demi Mendulang Atensi Memanfaatkan Peristiwa Bencana

23 Januari 2021   15:54 Diperbarui: 23 Januari 2021   16:06 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media selalu menjadi yang terdepan dalam mengabarkan sebuah bencana alam. Bahkan bukan tidak mungkin, dalam 1 hari seluruh air mata dan video video amatir itu diputar berulang di layar kaca. Menjual suatu hal klenik dan membuat tayangan yang mengundang haru lara menjadi salah satu hal yang sering dilakukan media, entah itu televisi, media online, ataupun akun publik sekalipun. Mulai dari menampilkan betapa susahnya hidup orang lain yang di eksploitasi untuk mendapatkan simpati mengesampingkan rasa peduli kepada keluarga korban bencara. Sayang sekali, cara, tampilan dan waktu untuk share info tersebut tidaklah tepat dan cenderung menjijikkan untuk dilihat. 

Banyak wartawan yang memberikan berita kepada para viewers tentang peristiwa bencana (alam / korban kecelakaan) yang membuat para viewers sedih dan empati. Banyak wartawan juga yang menanyakan pertanyaan kepada keluarga korban tentang hal-hal yang bisa membuat keluarga korban sedih. Contohnya saja, beberapa waktu yang lalu, dunia digemparkan dengan pesawat asal Indonesia dengan kode pesawat SJ 182 dinyatakan jatuh dengan hilang kontak. Di awal-awal pesawat tersebut jatuh, banyak media-media yang selalu menanyakan hal-hal yang tidak membuat keluarga korban dengan pertanyaan "Apa ada firasat sebelum kejadian?" "Apa pesan terakhir korban sebelum pergi?" "Apa kenangan terakhir yang paling membekas antara korban dengan anda?" dan yang paling parah adalah "jika diluar sana korban masih hidup, kira kira apa yang mau anda sampaikan?" 

Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, bisa membuat mental tidak baik bagi keluarrga korban. Sehingga wartawan bisa menayangkan hal-hal yang bisa membangkitkan semangat dalam dalm menjalani hidup dan mental yang mereka miliki. Dengan berita yang kalian siarkan di media-media yang ada, keluarga korban berharap korban bisa kembali (jika bertemu dengan jasadnya, bisa dikembalikan ke keluarganya). Dukungan moril dan semangat untuk terus hidup adalah hal pertama yang media bangun saat itu.

Negara Indonesia harus banyak belajar dan berkaca dari Negara Jepang, terutama dalam mengatasi bencana yang terjadi di Negaranya. Jepang akan menyiarkan perkembangan penyelamatan dalam bencana yang terjadi pada saat itu. Dan memutarkan video-video yang bisa membangkit semangat, mengabarkan jumlah bantuan dan lokasi evakuasi. Mengabarkan dobrakan pemerintah untuk kemudian menghindari kasus yang sama...tidak ada menjual air mata, tidak ada menjual kesedihan.

Dari wartawan Jepang, wartawan Indonesia harus banyak belajar tentang berita yang disiarkan oleh Jepang pada saat bencana yang terjadi pada waktu-watu tersebut atau berita yang sedang viral di Jepang.  Dengan pertanyaan-pernyataan tersebut yang diberikan oleh wartawan bisa membuat sedih bagi keluarga korban karena apa yang dilakukan korban selama hidup.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun