Media selalu menjadi yang terdepan dalam mengabarkan sebuah bencana alam. Bahkan bukan tidak mungkin, dalam 1 hari seluruh air mata dan video video amatir itu diputar berulang di layar kaca. Menjual suatu hal klenik dan membuat tayangan yang mengundang haru lara menjadi salah satu hal yang sering dilakukan media, entah itu televisi, media online, ataupun akun publik sekalipun. Mulai dari menampilkan betapa susahnya hidup orang lain yang di eksploitasi untuk mendapatkan simpati mengesampingkan rasa peduli kepada keluarga korban bencara. Sayang sekali, cara, tampilan dan waktu untuk share info tersebut tidaklah tepat dan cenderung menjijikkan untuk dilihat.Â
Banyak wartawan yang memberikan berita kepada para viewers tentang peristiwa bencana (alam / korban kecelakaan) yang membuat para viewers sedih dan empati. Banyak wartawan juga yang menanyakan pertanyaan kepada keluarga korban tentang hal-hal yang bisa membuat keluarga korban sedih. Contohnya saja, beberapa waktu yang lalu, dunia digemparkan dengan pesawat asal Indonesia dengan kode pesawat SJ 182 dinyatakan jatuh dengan hilang kontak. Di awal-awal pesawat tersebut jatuh, banyak media-media yang selalu menanyakan hal-hal yang tidak membuat keluarga korban dengan pertanyaan "Apa ada firasat sebelum kejadian?" "Apa pesan terakhir korban sebelum pergi?" "Apa kenangan terakhir yang paling membekas antara korban dengan anda?" dan yang paling parah adalah "jika diluar sana korban masih hidup, kira kira apa yang mau anda sampaikan?"Â
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, bisa membuat mental tidak baik bagi keluarrga korban. Sehingga wartawan bisa menayangkan hal-hal yang bisa membangkitkan semangat dalam dalm menjalani hidup dan mental yang mereka miliki. Dengan berita yang kalian siarkan di media-media yang ada, keluarga korban berharap korban bisa kembali (jika bertemu dengan jasadnya, bisa dikembalikan ke keluarganya). Dukungan moril dan semangat untuk terus hidup adalah hal pertama yang media bangun saat itu.
Negara Indonesia harus banyak belajar dan berkaca dari Negara Jepang, terutama dalam mengatasi bencana yang terjadi di Negaranya. Jepang akan menyiarkan perkembangan penyelamatan dalam bencana yang terjadi pada saat itu. Dan memutarkan video-video yang bisa membangkit semangat, mengabarkan jumlah bantuan dan lokasi evakuasi. Mengabarkan dobrakan pemerintah untuk kemudian menghindari kasus yang sama...tidak ada menjual air mata, tidak ada menjual kesedihan.
Dari wartawan Jepang, wartawan Indonesia harus banyak belajar tentang berita yang disiarkan oleh Jepang pada saat bencana yang terjadi pada waktu-watu tersebut atau berita yang sedang viral di Jepang. Â Dengan pertanyaan-pernyataan tersebut yang diberikan oleh wartawan bisa membuat sedih bagi keluarga korban karena apa yang dilakukan korban selama hidup.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H