Mohon tunggu...
Syifa Annisa
Syifa Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

hobinya nyobain hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Opini Teori Kebenaran Filsafat

17 Oktober 2024   22:30 Diperbarui: 17 Oktober 2024   22:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Teori yang cukup banyak adalah teori kebenaran yang menyatakan bahwa suatu pernyataan dibolehkan sebagai benar jika sejalan atau memang suatu fakta yang bisa kita buktikan. Kata kebenaran, yang berasal dari Bahasa Inggris Kuno, berarti keakuratan, ketepatan, kesetiaan, dan kebenaran yang sejati. Konsep ini telah menjadi perdebatan filsuf sepanjang masa. Kebenaran ini merupakan sebuah pernyataan yang sangat subjektif sekali artinya yaitu, kebenaran tersebut yang dialami seseorang maka cenderung diyakininya. Atau kebenaran juga merupakan sebuah pandangan atau opini, yang berarti berasal dari pemikiran atau pendapat pribadi, bukan dari fakta. Contohnya ketika seorang menganggap lagu A karya seni yang indah, sedangkan orang lain berpandangan sebaliknya. 'ini merupakan bagian dari kebenaran yang disebut subjektif, sedangkan kebenaran yang sebenarnya itu disebut objektif, yaitu kebenaran yang berkaitan dengan fakta dan memang sejatinya mesti begitu Objektif ketika interpretasi tidak didasarkan pada emosi. Contohnya hakim di pengadilan membuat keputusan berdasarkan fakta yang ada di depan mereka.

Kebenaran sering dipahami sebagai suatu konsep yang berkaitan dengan bagaimana kita memahami dunia dan realitas disekitar kita.

Jadi, kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan bermula dari banyak sumber. Sumber-sumber tersebutlah yang kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.

 Terdapat beberapa teori kebenaran yang paling dikenal ialah teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatis, teori performatif, dan teori konsensus.

Teori kebenaran korespondensi banyak diasosiasikan dengan para filsuf terkenal seperti Aristoteles, memandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan atau proposisi dengan realitas. Menurut teori ini, suatu proposisi dianggap benar jika proposisi tersebut mencerminkan keadaan yang sebenarnya di dunia. Misalnya pernyataan "Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia", pernyataan tersebut benar, karena berkoresponden dengan objek yang bersifat faktual, yakni memang benar bahwa Jakartalah yang menjadi Ibukota Negara. Teori korespondensi ini, pada umumnya dianut oleh para pengikut realisme. Terdapat dua realitas yang ada dihadapan manusia yaitu pernyataan dan kenyataan. Menurut teori ini sesuatu itu dapat dikatakan benar apabila adanya kesesuaian antara pernyataan dan kenyataan, biasanya menggunakan metode induktif.

Teori koherensi, suatu pernyataan dapat dianggap benar hanya jika tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang suda terbukti benar. Teori koherensi berbedadengan teori korespondensi dalam pembuktian kebenarannya. Pada teori korespondensi, kebenaran suatu pernyataan tergantung pada hubungannya dengan fakta yang ad, sedangkan teori koherensi kebenaran suatu pernyataan tergantung pada konsistensinya pada pernyataan sebelumnya yang telah ada . Salah satu keunggulan teori koherensi adalah kemampuannya untuk menangani pengetahuan dalam konteks yang lebih abstrak, dimana verivikasi empiris tidak selalu tersedia. Sebagai contoh pernyataan  "semua manusia pasti akan mati" dan itu merupakan statement yang benar adanya.

Teori pragmatis menyatakan bahwa benar tidaknya suatu teori bergantung pada berfaedah tidaknya teori itu bagi manusia dalam penghidupannya. Dengan demikian, ukuran untuk segala perbuatan adalah manfaatnya dalam praktek dan hasil yang memajukan hidup. Benar tidaknya suatu hasil pikiran, dalil maupun teori, dinilai menurut manfaatnya dalam kehidupan manusia. Atas dasar itu, tujuan kita berfikir adalah memperoleh hasil akhir yang dapat membawa hidup kita lebih maju dan lebih berguna. Didalam dunia kerja dan bisnis, tori pragmatis mungkintampak sangatrelevan. Keputusan seringkali dinilai berdasarkan hasilnya, apakah membawa manfaat bagi perusahaan atau masyarakat. Namun, hal ini juga memicu dilema etis ketika sesuatu yang pragmatis dari sudut pandang bisnisbertentangan dengan prinsip-prinsip etika atau kesejahteraan masyarakat luas.

Teori performatif menjelaskan, kebenaran yang mengandalkan otoritas penutur sebagai dasar kebenaran, suatu pernyataan dianggap benar apabila ia menciptakan realitas. Teori ini diperkenalkan oleh filsuf J.L. Austin, menekankan bahwa kebenaran tidak hanya ditemukan dalam pernyataan, tetapi juga dalam tindakan. Pernyataan-pernyataan yang benar adalah pernyataan yang "melakukan sesuatu' mereka bukan hanya mencerminkan realitas, tetapi juga memengaruhi atau mencciptakan situasi tertentu dalam dunia sosial. Contoh teori performative adalah penentuan awal bulan Ramadan ditentukan berdasarkan kemunculan hilal, yang merupakan fakta obyektif. Namun bukan masyarakat yang membuktikan kemunculan hilal, melainkan melalui pernyataan Menteri agama yang dianggap memiliki otoritas untuk menentukan awal Ramadan.

Teori kebenaran sangat relevan ketika kita berbicara tentang penyaringan berita hoaks, terutama di era digital saat ini dimana informasi palsu bias menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial dan platform komunikasi lainnya. Berbagai teori yang sudah dibahas diatas dapat membantu kita supaya bias lebih menyaring atau memilah berita hoaks dengan lebih efektif. Sebagai contoh menggunakan teori korespondensi. Teori ini menuntut agar klaim yang dibuat dalam sebuah berita harus sesuai dengan realitas yang dapat diverifikasi. Misalnya, ketika berita menyatakan bahwa ada bencana alam di uatu wilayah, kebenaran berita itu harus sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Informasi yang benar harus dapat diuji kebenarannya melalui sumber-sumber lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun