Menjelang akhir film Tick, Tick... Boom! Jonathan Larson diceritakan mati di malam sebelum teater broadway yang berjudul "Rent" berhasil digelar secara besar-besaran.Â
Dunia kehilangannya saat ia berusia 35 tahun akibat anuriesme aorta akibat sindrom Marfan yang tidak terdiagnosis sebelumnya.Â
Sejatinya film ini merupakan film semi autobiografi seorang komposer Jonathan Larson arahan Lin-Manuel Miranda dan ditulis oleh Steve Levenson.
Sebagai film autbiografi, film ini tidak cukup kuat untuk dikatakan demikian. Film ini tidak cukup melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai sosok Jonathan Larson.Â
Namun film ini bisa mengobati kerinduan bagi penikmat karya-karya Jonathan Larson. Lagu-lagu yang menjadi nadi film ini sebagai film musikal terasa dekat, hangat, dan memikat.Â
Terlebih pada lagu yang berjudul "Come to Your Sense" terasa sangat candu dengan aransemen yang cathcy. Â
Film ini bukan lagi menceritakan perjalanan hidup seorang Jonathan Larson yang namanya besar bahkan ketika ia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Tetapi tentang bagaimana jatuh dan bangkitnya seorang Jonathan Larson untuk mendapatkan pertunjukan musikal pertamanya. Dan tentang berkali-kalinya ia menghadapi kehilangan cinta, persahabatan, dan hidupnya sendiri.
Film Tick, Tick...Boom! pada akhirnya menjadi refleksi bahwa siapapun tidak berhak menentukan batas di mana hal yang kita pertaruhkan terasa cukup. Adanya batas membuat kita berjarak akan pencapaian tak terbatas lainnya. Pertanyaan berikutnya, apakah kita sudah cukup berusaha? Are we ever doing enough to achieve a goal we set out to do?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H