Elizabeth B. Hurlock dalam teorinya tentang psikologi perkembangan menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara seseorang memandang dan menilai dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman hidup serta interaksi sosial. Konsep diri ini terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Pada siswa SMA, konsep diri menjadi aspek penting karena mereka berada dalam tahap perkembangan yang sangat dinamis, baik secara emosional, sosial, maupun akademis.
Siswa SMA sering menghadapi berbagai tekanan, seperti tuntutan akademik, hubungan sosial yang kompleks, serta ekspektasi dari keluarga dan lingkungan. Di sinilah konsep diri positif berperan untuk membantu mereka mengelola tantangan dengan percaya diri dan optimisme, sementara konsep diri negatif dapat menjadi hambatan yang membuat siswa sulit berkembang. Berdasarkan wawancara dengan KK, seorang siswa kelas 10 di salah satu SMA di kota Tangerang, dapat dilihat bagaimana pengalaman nyata siswa di sekolah mencerminkan teori Hurlock tentang konsep diri positif dan negatif.
KK menjelaskan bahwa ia merasa percaya diri saat di sekolah atau menghadapi sesuatu yang baru, terutama ketika sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Ia mengingat pengalaman di mana ia merasa percaya diri karena persiapannya berjalan lancar. Misalnya, ketika belajar dan memahami materi yang sesuai dengan minatnya seperti seni. Selain itu, ia merasa tertarik dengan pembelajaran jika guru menyampaikan materi dengan cara yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Ketika menghadapi kegagalan atau kesalahan, KK berusaha untuk mencari tahu letak kesalahannya agar bisa belajar dari pengalaman tersebut. Ia juga memotivasi dirinya dengan cara mendengarkan musik yang membuatnya semangat atau berbagi cerita dengan teman-teman terdekat. Dalam menghadapi tantangan di sekolah, seperti tugas atau ujian yang sulit, KK mencoba membuat jadwal belajar yang lebih teratur dan berdiskusi dengan teman yang lebih memahami materi tersebut. Meski menghadapi kekurangan, KK memilih untuk fokus pada kelebihan yang dimilikinya, seperti kemampuan menggambar, sehingga ia tetap merasa percaya diri.
Namun, KK juga mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami konsep diri negatif. Salah satu momen yang membuatnya merasa minder adalah ketika nilai ulangan matematikanya lebih rendah dibandingkan teman-temannya. Ia juga mengingat pengalaman yang membuatnya sangat kecewa, yaitu ketika ia sudah berlatih keras untuk menjadi anggota Paskibra di upacara 17-an, tetapi tidak bisa tampil karena sakit. Hal ini membuatnya merasa sedih dan seperti kehilangan kesempatan berharga.
Faktor lain yang memengaruhi konsep diri negatif KK adalah kesulitan fokus saat belajar karena kelelahan setelah kegiatan ekstrakurikuler. Rasa ragu untuk mencoba sesuatu juga muncul, terutama karena ia takut tidak lolos, seperti saat ia ingin bergabung dengan OSIS. Selain itu, ia sering merasa jenuh ketika belajar, terutama jika materi yang diajarkan terlalu monoton atau berada pada jam pelajaran terakhir.
Melalui pengalaman KK, terlihat bahwa konsep diri positif dan negatif sangat memengaruhi kehidupan siswa SMA di Indonesia. Pemahaman tentang konsep diri ini dapat membantu siswa untuk mengenali dirinya lebih baik dan membangun kepercayaan diri yang sehat. Pendidik dan orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan yang memadai agar siswa mampu mengembangkan konsep diri positif dan menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H