Mohon tunggu...
Syifa Adilla Afifah
Syifa Adilla Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

21107020060 Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Beragama di Indonesia dari Arahan Masyarakat Amitai Etziono

11 November 2022   14:53 Diperbarui: 11 November 2022   15:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Amitai Etzioni lahir pada tahun 1929 di Jerman. Pada dasarnya Ia merupakan seorang Sosiolog sosio-ekonomi dan komunitarianisme. Meski lahir di Jerman Ia menghabiskan awal waktu kehidupannya di Palestina, mengingat besarnya Nazi Jerman pada saat itu dan fakta bahwasannya ia merupakan seorang Israel-Amerika. Ia belajar di bawah bimbingan Martin Buber di Universitas Ibrani Yerusalem. Pada 1958 Ia mendapatkan gelar Ph.D. dalam sosiologi dan menjadi professor sosiologi di Universitas Colombia selama 20 tahun.  

Pada awal tahun 1990an, Etzioni mendirikan gerakan komunitarian sebagai sarana untuk menyebarkan gagasan-gagasan gerakannya. Pemikiran dari Etzioni banyak berfokus pada penekanan bahwasanya dalam menciptakan keseimbangan hak dan tanggung jawab serta ketertiban dan otonomi harus dilakukan secara hati-hati. Teori yang dijelaskan oleh Etzioni biasa disebut dengan teori Arahan Masyarakat.

Teori-teori yang Etzioni kembangkan secara ilmiah banyak dijelaskan dalam buku "Toward a Theory of Guided Societal Change". Etzioni dalam penjelasannya membagi masyarakat dalam dua tipologi yaitu masyarakat aktif dan pasif dengan dimensi utamanya yaitu kontrol dan konsensus. Masyarakat dikatakan sebagai masyarakat aktif jika kontrol dan konsensusnya tinggi. Sebaliknya dikatakan sebagai masyarakat pasif jika kontrol dan konsensusnya rendah. 

Namun, terdapat juga tipologi di lain dua tersebut yaitu overmanaged dan drifting. Masyarakat overmanaged adalah yang terlalu dikendalikan dengan tingkat kontrol tinggi dan konsensus rendah, sedangkan masyarakat drifting adalah masyarakat yang ikut-ikutan saja terhadap konsensus, dengan karakteristik rendahnya kontrol dan tingginya konsensus. Teori tentang masyarakat ini bisa diterapkan untuk menganalisis banyak hal termasuk fenomena beragama di Indonesia mengingat heterogenitas masyarakat yang cukup tinggi, sehingga bisa menimbulkan banyak perbedaan.

Di Indonesia sendiri perilaku beragama cenderung lebih banyak sesuai dengan ciri-ciri tipologi masyarakat yang overmanaged, dimana pemimpin mengontrol dan masyarakat mengikutinya. Konsensus bersama yang dibangun oleh masyarakat terkait permasalahan dapat dientahkan dengan adanya perbedaan pemahaman dari pemimpin karena anggapan pemimpin lebih tahu terkait masalah tersebut. Hal ini memang tidak bermasalah mengingat dalam kehidupan beragama orang yang memiliki pengetahuan lebih akan selalu dikedepankan dalam pemutusan perkara. Salah satu bentuk masyarakat yang overmanaged atau terlalu dikontrol adalah masyarakat di wilayah lingkungan pesantren, di mana kyai sebagai pemilik otoritas tertinggi di pesantren tersebut memiliki kontrol yang jauh lebih besar dibandingkan dengan consensus yang dibentuk oleh masyarakat pesantrennya. Bahkan terkadang terkait permasalahan hidup sehari-hari, penghuni pesantren benar-benar menaati kontrol dari kyainya.

Apabila ditinjau dari sudut pandang agama, munculnya bentuk masyarakat overmanaged seperti pesantren adalah hal yang sangat wajar mengingat tingginya posisi orang berilmu dari sudut pandang agama dan para penganutnya yang setia.

Referensi:

Dakir, D., & Umiarso, U. (2017). Pesantren Dan Perubahan Sosial: Optimalisasi Modal Sosial Bagi Kemajuan Masyarakat. Al-A'raf: Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, 14(1), 1-22.

Fathurrohman, A. (2016). Perkembangan Pendidikan Pesantren Di Indonesia Dari Era Pra Kemerdekaan Sampai Era "Indonesia Bersatu" Dalam Perspektif Teori Arahan Masyarakat Amitei Etzioni. At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 5(1).

Tamam, B., & Hariyanto, H. (2021). Konsepsi Dan Internalisasi Nilai Power And Authority Dalam Pendidikan Pesantren. LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan, 15(2), 181-194.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun