Di tengah era digitalisasi yang kian merajalela, pentingnya literasi tidak bisa diabaikan dalam pendidikan. Salah satu upaya strategis yang diambil oleh Perpustakaan KH. Faqih Utsman SD Muhammadiyah 2 Kauman adalah memperkenalkan program "Jam Literasi" yang terintegrasi ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Langkah ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya terampil dalam teknologi, tetapi juga melek literasi di segala aspek kehidupan.
Jam Literasi bukan sekadar kegiatan tambahan, tetapi sebuah upaya sistematis untuk meningkatkan keterampilan membaca, memahami, dan menganalisis informasi. Dengan menyelaraskan kegiatan ini ke dalam KBM, para siswa tidak hanya mengembangkan kecakapan dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar, tetapi juga menanamkan budaya membaca yang sehat sejak dini.
Dalam konteks pendidikan modern, integrasi Jam Literasi ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) telah membawa transformasi signifikan dalam cara siswa belajar dan berkembang. Langkah strategis ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan di Perpustakaan KH. Faqih Utsman SD Muhammadiyah 2 Kauman, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin kompleks. Adapun bentuk integrasi Jam Literasi ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Perpustakaan KH. Faqih Utsman sebagai berikut:
1. Penyelarasan dengan Kurikulum
Integrasi Jam Literasi memungkinkan perpustakaan untuk menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Buku-buku dan materi bacaan yang tersedia tidak hanya mendukung materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas, tetapi juga menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi topik-topik baru di luar bahan ajaran formal. Hal ini memperluas wawasan siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap berbagai subjek.
2. Pengembangan Keterampilan Literasi
Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan literasi yang lebih luas. Siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan memahami dan menganalisis informasi, mengevaluasi sumber-sumber bacaan, serta menyusun pendapat berdasarkan bukti yang mereka temukan. Ini tidak hanya relevan dalam konteks akademis, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan kritis yang penting untuk masa depan mereka.
3. Pemanfaatan Teknologi sebagai Alat Pendukung
Di era digital saat ini, perpustakaan juga memanfaatkan teknologi sebagai alat pendukung untuk meningkatkan akses dan penggunaan sumber-sumber belajar. Siswa dapat mengakses e-book, database elektronik, dan sumber daya digital lainnya yang memperluas cakupan bacaan mereka. Hal ini tidak hanya menyesuaikan diri dengan gaya belajar siswa yang beragam, tetapi juga meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan informasi.
4. Budaya Membaca yang Berkelanjutan
Dengan memasukkan Jam Literasi ke dalam jadwal KBM, sekolah membentuk budaya membaca yang berkelanjutan di antara siswa. Aktivitas membaca bukan lagi hanya kegiatan yang dilakukan secara individual, tetapi menjadi bagian dari rutinitas harian yang didukung secara institusional. Ini menciptakan lingkungan belajar yang merangsang minat siswa untuk terus belajar dan eksplorasi.
