Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Warna-warni Cerita Masa Muda ala Kompasianer

2 Juni 2016   13:34 Diperbarui: 3 Juni 2016   05:01 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 - [caption caption="Sumber foto: Akun Twitter @GreatQuates"][/caption]Masa muda, masa yang penuh gairah dan rasa ingin tahu, pada masa paling produktif ini orang-orang melakukan banyak hal menimba berbagai pengalaman dan pelajaran yang tak jarang didapat dari aktivitas sehari-hari, kejadian sepele yang membekas dan memberi pelajaran berharga bagi yang pernah mengalaminya.

Masa muda ibarat laut lepas, kitalah pelautnya, di laut lepas hidupnya itu orang belajar banyak hal, tak jarang pula belajar dari kesalahan. Masa muda membiaskan warna-warni kisah yang menantang saat dijalani, namun manis ketika diceritakan.

Berbagai cerita tentang keseruan masa muda tersebar di Kompasiana, lewat tulisan, sejumlah Kompasianer berbagi warna-warni masa muda mereka. Ragam kisah yang kaya pengalaman dan pelajaran, didalamnya pula ada mimpi yang coba diwujudkan.

Tentang sejumlah cerita masa muda yang penuh warna, inilah intisarinya:

1. Demi Mimpi, Rela Banting Setir Jurusan dan Korbankan Liburan

Bagi Luana Yunaneva, hidup merupakan kesempatan untuk belajar dan bermimpi. Sejak duduk di kelas empat SD, Neva memang gemar menulis cerpen di dalam kelas. Tulisan-tulisan itu ia goreskan di lembaran kertas dan buku tulis biasa. Ceritanya tidak jauh dari kehidupan anak-anak seumurannya atau yang sedikit lebih dewasa.

Namun di SMA, Neva masuk ke jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), namun di kelas 3 SMA Neva memutuskan untuk banting setir dari eksakta ke ilmu sosial merupakan perjuangan awal karena Neva harus mempertanggungjawabkan pilihan itu kepada orangtuanya

Neva yang sejak kelas dua SMA memutuskan untuk masuk kelas ilmu pengetahuan alam (IPA) kok tiba-tiba pindah haluan belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS)? Ujian akhir nasional (UAN) yang akan dijalani adalah IPA, kok bisa-bisanya di pertengahan semester di kelas tiga Neva malah menyicil belajar IPS?

Neva belajar lebih keras dibandingkan sebelumnya, yakni belajar IPA dengan serius di dalam kelas dan waktu selebihnya Neva gunakan untuk belajar IPS secara mandiri. Sebut saja saat jam istirahat dan jam kosong di sekolah.

Menjalani prosesnya tidak mudah memang karena persetujuan orang tua tidak kunjung datang. Pertanyaan tidak hanya diungkapkan mereka tetapi juga teman-teman di sekolah Papar Neva.

Tuhan memang tidak tidur. Melihat hamba-Nya yang gigih berusaha dan terus berharap, Tuhan memberi kesempatan untuk diterima di jurusan yang Neva idam-idamkan. Ilmu Komunikasi. Rasa syukur tiada hentinya diucapkan Neva karena bidang ini membuka kesempatan lebar agar ia semakin dekat dengan impiannya sejak kecil, yakni menjadi seorang penulis dan announcer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun