Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Trio Wajah Liputan 6 di Program Berita Kompas TV

24 Maret 2015   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 3782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

: Dimasa kejayaan dan ketajamannya, pada era akhir 1990 hingga pertengahan tahun 2000an, Liputan 6 SCTV telah melahirkan banyak anchor populer, yang mencetak sejarah tersendiri pada masanya. Siapa tak kenal Ira Koesno, Rosiana Silalahi atau Bayu Sutiyono ketiga orang ini telah menjadi ikon dunia pertelevisian saat itu karena memiliki ketajaman dan ciri khas tersendiri dalam mengemas dan membawakan berita. Ketiganya termasuk reporter dan presenter handal.

Rosiana Magdalena Silalahi atau lebih dikenal dengan Rosiana Silalahi salah seorang presenter berita yang banyak mengawaki dialog-dialog tajam di stasiun SCTV menghadapi seorang Rosiana Silalahi, narasumber pun kadang-kadang kagok menjawab karena terus dikejar hingga akhir dengan pertanyaan-pertanyaan tajam dan cerdas. Saya kira pada zamannya ia juga adalah seorang ikon pemberitaan.

Saat Pemilu 2004, Rosi memproduksi program ‘Kotak Suara' yang membahas mengenai money politics sehingga ia memenangkan penghargaan ‘Indonesia Journalist Board' pada tahun 2004.

Liputan liputannya yang tajam dan kritis sering kali juga dibarengi dengan empati yang kuat, salah satu liputan Rosi yang penuh empati yang sampai sekarang saya ingat adalah Edisi khusus Liputan 6 Siang ketika Muhammad Guntur salah satu Kameramen SCTV meninggal dunia pada 24 Febuari 2007 karena menjadi korban dari tenggelamnya KMP Levina. Saya suka ketika Rosi membaca narasi beritanya, dan saya juga suka kata-kata sambutannya sebagai pemimpin redaksi SCTV saat itu. Dalam, penuh empati tanpa banyak drama.

Presenter berita handal lainnya yang juga lahir dari 'Rahim' Liputan 6 SCTV adalah Ira Koesno.

Pembawa acara bernama asli Dwi Noviratri Koesno ini sempat menghebohkan publik dengan wawancara bersejarahnya dengan mantan Mentri Negara Lingkungan Hidup RI era Soeharto, Sarwono Kusumaatmadja, pada 17 Mei 1998. Dalam wawancara yang berlangsung 4 hari sebelum lengsernya Soeharto tersebut, pada segmen wawancara program Liputan 6 Siang yang dipandu Ira Koesno saat itu, Sarwono menggunakan sebuah perumpamaan untuk menggambarkan parahnya kondisi Sosial Politik Indonesia di minggu ketiga bulan Mei kelabu tersebut. Sarwono mengumpamakan Indonesia saat itu Ibarat orang yang sedang sakit gigi, kalau ingin sembuh, gigi yang sakit harus dicabut. “Gigi sakit“ yang dimaksud tak lain adalah Soeharto. Provokasi halus yang digalang Sarwono itu dikenal sebagai “insiden cabut gigi”- Liputan 6 SCTV, dan Dwi Noviratri Koesno turut menjadi bagian dari wawancara spektakuler tersebut. Salut untuk Keberaniannya saat itu.

Selain dua Srikandi jurnalistik tadi, amunisi lain yang dimiliki Liputan 6 SCTV pada masa 'ketajamannya' adalah Bayu Sutiyono yang bergabung dengan Liputan 6 SCTV sejak 12 Januari 1998 sampai pertengahan tahun 2009.

Tegas, meyakinkan, dan percaya diri terlihat begitu kental mewarnai wajah yang tak asing lagi bagi peminat berita di saluran televisi swasta SCTVdi era 2000an awal. Bayu Sutiyono, nama yang kerap menghiasi layar televisi saat acara berita Liputan 6 SCTV terutama Liputan 6 Pagi. Saya ingat dulu sangat suka ketika Bayu berduet dengan Nova Rini membawakan siaran Liputan 6 Pagi sekitar tahun 2008. Menurut penulis pemasangannya pas sekali :)

Salah satu yang penulis ingat dari aksi Bayu Sutiono dalam membacakan berita adalah saat ia menyajikan liputan banjir besar Jakarta sambil berendam di kubangan banjir yang melanda daerah Keramat Jati pada tahun 2000. Menurut penulis, itu sebuah aksi cukup nekat dari seorang jurnalis yang ingin menggambarkan berita dari sudut pandang berbeda- Uuh. Apa gak terpikir oleh Bayu apa saja isi air banjir coklat pekat saat itu? Hiee.. Tapi itulah totalitas jurnalis zaman itu yang patut diacungi jempol. Meliput pristiwa dengan tajam tanpa banyak drama.

Kini ketiga jurnalis Senior yang telah 'mencetak' sejarah itu kembali tergabung dalam satu wadah; Kompas TV.

Rosiana Silalahi kembali ke belakang layar berita sebagai Pemred Kompas TV, Ira Koesno dengan gaya khas kritisnya memandu program Talk Show bertajuk Satu Meja; sebuah program talk show yang membahas isu terkini dengan mewawancarai satu atau lebih narasumber. Menurut pengamatan penulis, setelah sekian lama vakum dari layar kaca, Ira masih mampu menghadirkan unsur Tajam pada program tersebut. Penulis jadi berharap akan muncul lagi wawancara spektakuler nan garang ala Ira Koesno seperti pada "Insiden Cabut Gigi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun