Duh Jakarta..
Kala air langit turun meracau semalaman
Banjir datang kemudian
Jakarta menjelma kota paling tabah
Menjamu tamu banjirnya
Layaknya teman lama
Jakarta...
Pada pengelola, Ibukota dipercayakan
Ketika mayoritas warganya menjatuhkan pilihan
Namun...
Imbas rinai seharian
Lalu timbul genangan
Jakarta menjadi peyorasi
Serupa anak nakal
Tak seorang mau menimang
Ke Jakarta air bah kembali datang
Para petinggi berang
Lempar perkara salah kelola
Banyak kata disetor ke media
Tingginya curah hujan
Jadi frase pembelaan
Duh Jakarta..
Jika saja dia manusia
Mungkin sudah menjerit sekerasnya
Atau menulis puisi kalau bisa
Oh Jakarta..
Ibukota renta
Dituntut tampil muda mempesona
Merias diri layaknya etalase negara
Jakarta..
Bak lengan penuh pemakluman
Pada anak-anaknya
Yang kebanyakan pelupa
Tinggal lama tanpa mengurusnya
Jakarta..
Kota yang mewakafkan dirinya
untuk selalu dibilang salah:
Salah urus, salah tata, salah kelola
Kemudian berkata..
Tidak apa-apa
Jakarta..
Dibalik riuh, riang dan gemerlapnya
Tersimpan tanah yang dahaga
Akan sebuah jaga
Untuk diurus berhias kepedulian dan cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H