Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kapan Pemprov DKI Mau Serius Benahi Metromini?

30 Desember 2014   04:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Pagi ini saya berkesempatan meski dengan terpaksa menaiki metromini 74 jurusan Rempoa- Blok M menuju ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jaksel.

Berkesempatan menaiki Metromini tersebut memberikan pengalaman dag dig duer, senat senut jantung ini.

Kenapa?

Karena selain kondisi bus yang bobrok, banyak bangku rusak dan tiang yang sudah karatan, parahnya lagi Metromini 74 ini dan banyak Metromini lainnya seringkali menjadi tempat konser artis jalanan. Para pemalak berkedok pengamen yang memalak penumpang sambil orasi.

Para preman jalanan ini rata-rata berkata-kata bahwa kami butuh menyambung hidup, dari pada merampok, mencuri. Lebih baik beri kami uang dari bapak-ibu dengan gaya menakut-nakuti, butuh uang tapi kurang ajar. Menyebalkan!

Seperti yang saya alami pagi ini, saya naik metromini 74 dari luar Stasiun Kebayoran Lama sampai ke RS. Pertamina. Jarak yang cukup dekat namun mendebarkan; pasalnya, tidak berapa lama melaju dari stasiun Kebayoran lama, Metromini tersebut berhenti untuk menaikkan penumpang. Naiklah Seorang ibu yang langsung mengambil posisi duduk di barisan depan, bersama ibu itu naik pula seorang pengamen dengan hanya bermodal krecekan dan kaleng biskuit yang dijadikan sebagai gendang. Pengamen itu bernyanyi sebentar, tidak jelas entah lagu apa, kemudian berorasi dengan memaksa kalau dia butuh uang. Ungkapan yang menjadi satu frasa dari satu atau beberapa orang pemalak diatas Metromini Bermodalkan tato yang banyak dan juga tampang sangar, para pengangguran pemalak itu meminta dengan memaksa. Apabila sedikit yang memberi maka, ia akan mengeluarkan ungkapan tak enak didegar dari ciloteh demi ciloteh.

Seperti yang saya alami tadi pagi, saya memberikan uang logam Rp 1.000 ke pengamen pemalak tadi, namun karena yang memberi sedikit, hanya sekitar 3 dari 12 penumpang, pengamen tersebut mulai berceloteh. Dia bilang kurang kepada saya, dan beberapa penumpang lain yang tadi memberi dia uang jelas saya tidak mau berikan uang lagi. Enak saja, sudah dikasih, minta lebih tapi caranya kurang ajar, dan kepada para penumpang yang tidak memberikan dia berkata,

"Peram saja terus uang seribu, dua ribu, tidak mau berbagi, anda-anda pelit sekali, semoga anda-anda sial sampai tujuan."

Ihhh.. Sebal, kesal, gemas, campur takut saya mendengarnya.

Sebal, kesal, gemas karena bagi saya kok ada ya orang sekurang ajar itu? Sudah minta, sudah diberi malah memaki, kurang lalu mengoceh, meracau sendiri. Takut karena saya pikir kalau saya jawabin omongan itu orang dia akan ngapa-ngapain saya secara fisik. Akhirnya cuma bisa geremet dalam hati. Duh saya yang niatnya ke rumah sakit mau kontrol ke poli gigi, jadi tambah ngilu deh.

Itu pengalaman saya, menaiki bus rakyat bernama metromini, kalau jarak dekat saja begini, gimana yang jarak jauh, kapan sih pemprov DKI ini mau serius membenahi metromini. Mbok ya diganti pake Metromini AC dan sistem tiketnya pake kartu. Biar ga ada pengamen lagi, mending kalau nyanyinya bagus, kalau cuma memalak penumpang saja kan bikin emosi. Mentang-mentang Metromini itu bis rakyat, murah apa rakyat yang isi dompetnya seadanya, kayak mahasiswi macem saya ini apa harus selalu sengsara tiap naik Metromini? Ayo dong serius Pemprov DKI, benahin Metromini jangan setengah hati. Malu ah gubernurnya udah berapa kali ganti. Kondisi Metromini belum ada perbaikan sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun