Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional. Satu hari di mana rasa-rasanya bangsa Indonesia lebih banyak mengingat anak dibanding hari-hari biasanya. Pada hari itu, segala tentang anak menjadi sorotan, pada hari itu rasanya tiada satu segmen berita pun tanpa menyisipkan kata "anak" di dalamnya. Para tokoh dan pejabat negara pun berlomba-lomba menunjukan momen kebersamaan mereka dengan bocah cilik.
Seremoni hari anak nasional yang berlomba-lomba disorot media, di sisi lain menyisakan sebuah keprihatinan tersendiri. Â Di hari-hari sekarang ini, masihkah anak generasi alpha memiliki bacaan yang sesuai umurnya? seperti masa kecil anak-anak generasi 90an yang berlimpah bacaan bermutu, mulai dari dongeng H.C Anderson hingga majalah Bobo menceriakan masa kecil generasi 90an dulu. Sekarang masihkah anak-anak masa kini memiliki bacaan yang setara mutunya? Saya rasa masih, tapi tak lagi berlimpah.
Majalah Bobo dan majalah Mombi, setahu saya cuma dua itulah majalah anak yang masih bertahan hingga sekarang. Semoga saya salah, karena saya lebih suka kalau salah dalam hal ini.
Krisis bacaan anak di era milenial ini salah satu auternatif mengakalinya adalah dengan portal User Generated Konten (UGC) khusus anak (6-15 tahun*) di mana anak bisa dan boleh menulis apa saja, baik tulisan bebas maupun bertema, selama positif. Mungkinkah? atau sudah adakah?
Kalau ada, portal UGC khusus anak bisa jadi sarana untuk ajarkan dan kembangkan kebiasaan dan etika menulis untuk anak, juga membentuk generasi yang terbiasa menulis, merangkai kata dengan bahasa dan kreasinya sendiri. Bisa jadi langkah maju juga untuk menangkal plagiasi sejak anak-anak.
Kalau saja ada, portal jenis ini mungkin bisa diasuh oleh Majalah Bobo Mombi, dll. itu pun kalau ada yang berani membentuknya mengingat secara marketing, portal UGC untuk anak kurang seksi. Promosi dan pendanaan akan jadi tantangan tersendiri, tapi mungkin ini bisa diakali dengan prasuasi soft selling kepada produsen mainan atau makanan anak untuk ditawari menjadi investor. Sekedar saran.
Dari segi konten, tantangannya, pastinya mengelola hasrat menulis anak-anak itu sendiri untuk tetap memproduksi konten, juga membatasi secara lebih halus mana tulisan yang boleh tayang, mana yang tidak.
Sistem langsung tayang seperti Kompasiana boleh juga diterapkan untuk pacu semangat menulis anak, filter setelahnya seperti di Kompasiana.
Tantangan lainnya, ya berantas plagiat jika ditemukan. Di sini mungkin pengelola yang mengasuh atau moderasi harus tega menanamkan disiplin konten pada para penulis cilik.
Pertanyaannya, dengan segala lebih-kurang dan tantangannya, adakah yang masih peduli konten bacaan layak bagi anak? Adakah yang akan berani membentuk portal UGC khusus untuk anak?Â
Semoga. Meski sepertinya sulit terlaksana.