Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berhenti Mengkerdilkan Negeri Ini!

23 Maret 2015   22:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

: Geliat Pilpres dengan segala hingar-bingarnya telah usai. Pemimpin baru sudah hampir setengah tahun dilantik pada 20 Oktober 2014. Pemerintahan yang sah pun otomatis hampir setengah tahun berjalan dengan segala dinamika dan hiruk-pikuknya.

Namun di media sosial, twetter, facebook dan juga Kompasiana masih ada saja sebagian orang di tingkat akar rumput yang sepertinya belum siap menerima keadaan, mencaci dengan segala cara, menebar kebencian kepada pemerintahan baru, seolah segala yang kacau di negeri ini adalah ulah pemerintahan baru, tidak jarang orang-orang macam ini menghujat dengan kata-kata nyelekit binti nyeleneh yang hanya melempar panas sensasi namun minim esensi: mungkin sederhana saja dalam pikiran mereka: yang penting bukan Jokowi presidennya!

Disisi lain ada juga sebagian relawan dari pemerintahan baru yang terkadang memuji terlalu berlebihan segala produk yang dikeluarkan pemerintahan baru, marah jika pemerintahan yang sekarang ini di kritik sedikit saja menjadi antipati terhadap orang-orang yang kontra Jokowi.

Bahaya!

Sebab ± 33 Provinsi dan 17 ribu pulau terlalu luas untuk dikerdilkan atas nama persaingan kekuasaan.

Sebuah Pengingat:

Berhenti mengkerdilkan negeri ini sebatas Prabowo dan Jokowi!

Sebab negeri ini bukan milik mereka Pribadi!

Sebuah Pengingat:

Kita ini memang hanya rakyat

Namun kita kuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun