Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dunia Maya dan Etalase Perasaan

14 Maret 2017   12:27 Diperbarui: 16 Maret 2017   00:00 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by: Shutterstock

Tapi di dunia maya, esensi dari sebuah tindakan atau tulisan, bahkan kicauan adalah rasa, setidaknya menurut saya. Dunia maya seringkali menjadi kastasis rasa dari orang-orang yang menuntut, setidaknya menutut lepas dari kepenatan sehari-hari. Entah sebagai apa seseorang ingin dikenal di dunia maya. Si teduh atau si Mercon, tapi dia cuma sedang melepaskan perasaannya, kemauannya, tujuannya. Itu saja.

**
Kontruktif atau negatif?

Dunia maya sebagai etalase perasaan dapat bersifat konstruktif. Setidaknya si pembuat konten jadi terbiasa memvisualkan atau menuliskan perasaannya menjadi bentuk yang lebih tertata. Akan baik jadinya ketika konten yang dibagikan tersebut dapat menjadi pelajaran, bacaan bahkan penguatan bagi orang lain. Tapi semua bentuk kastrasis perasaan itu bisa jadi negatif jika si pembuat konten akhirnya mengeksploitasi perasaannya dengan rasa sakit hati sedemikian rupa hanya untuk mengejar view. Jika responnya tidak sesuai yang diharapkan bisa jadi si 'penebar rasa' menjadi stress bahkan bertambah buruk.

**
Karenanya, lebih dari sekedar melepas rasa dunia maya juga tempatnya belajar untuk menata dan mengelola rasa. Lakukan dan luapkan saja sewajarnya. karena kita bukan ikan di akuarium, tidak semua hal bisa dibagi atas nama ekspresi, selalu ada bagian dari dirimu yang terlalu berharga untuk dibagi kepada sembarang orang.

Salam Kreatif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun