Tapi di dunia maya, esensi dari sebuah tindakan atau tulisan, bahkan kicauan adalah rasa, setidaknya menurut saya. Dunia maya seringkali menjadi kastasis rasa dari orang-orang yang menuntut, setidaknya menutut lepas dari kepenatan sehari-hari. Entah sebagai apa seseorang ingin dikenal di dunia maya. Si teduh atau si Mercon, tapi dia cuma sedang melepaskan perasaannya, kemauannya, tujuannya. Itu saja.
**
Kontruktif atau negatif?
Dunia maya sebagai etalase perasaan dapat bersifat konstruktif. Setidaknya si pembuat konten jadi terbiasa memvisualkan atau menuliskan perasaannya menjadi bentuk yang lebih tertata. Akan baik jadinya ketika konten yang dibagikan tersebut dapat menjadi pelajaran, bacaan bahkan penguatan bagi orang lain. Tapi semua bentuk kastrasis perasaan itu bisa jadi negatif jika si pembuat konten akhirnya mengeksploitasi perasaannya dengan rasa sakit hati sedemikian rupa hanya untuk mengejar view. Jika responnya tidak sesuai yang diharapkan bisa jadi si 'penebar rasa' menjadi stress bahkan bertambah buruk.
**
Karenanya, lebih dari sekedar melepas rasa dunia maya juga tempatnya belajar untuk menata dan mengelola rasa. Lakukan dan luapkan saja sewajarnya. karena kita bukan ikan di akuarium, tidak semua hal bisa dibagi atas nama ekspresi, selalu ada bagian dari dirimu yang terlalu berharga untuk dibagi kepada sembarang orang.
Salam Kreatif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H