Indonesia berduka, kabar pilu datang dari tanah Samarinda sebuah bom molotov dilemparkan ke gereja Oikumene Samarinda atas nama bela agama yang teragisnya malah merenggut nyawa seorang balita tak berdosa namanya Intan Olivia. Juga membuat sengsara tiga anak lainnya yang tepaksa berjuang mempertahankan hidup di bangsal rumah sakit.
Intan Olivia Marbun, 2 tahun usianya korban bom Samarinda meninggal dunia setelah 70 persen tubuhnya mengalami luka bakar pasca lemparan bom melotov, ulah orang yang tak beragama secara dewasa, memilih kekerasan sebagai jalan menuju surga--entah surga macam apa yang diraih dengan cara biadab yang merenggut nyawa sesama.
Publik geram ketika nyawa Intan direnggut paksa oleh sesama anak bangsa, beragam ucapan belasungkawa mengalir memenuhi jagat nyata dan maya, aksi simpatik turut digelar, seribu lilin untuk Intan di Bundaran HI Jakarta Senin malam (14/11/16).
Duka untuk Intan si peri kecil di SurgaNya terasa di mana-mana tak terkecuali di media warga Kompasiana, sejumlah kompasianer membagikan tulisannya #RIPIntan lantas apa yang tersisa?
Sepercik nyala dari warga untuk Intan lewat ragam tulisan di Kompasiana, inilah intisarinya:
1. RIP Intan Duka Tak Kunjung Usai
Terenggutnya nyawa Intan mengetuk hati Yon Bayu, lewat tulisannya Yon menyayangkan tindakan biadab orang-orang yang membunuh manusia atas nama agama.
"Intan, aku begitu muak pada mereka yang melihat genangan darah lawan adalah sungai-sungai menuju surga. Aku begitu marah pada mereka yang menganggap api dendam adalah obor penerang menuju kemenangan, tapi aku pun muak pada mereka yang dengan mudahnya menghujat agama yang dianut oleh penebar maut." Tulis Yon pilu.
Masih menurut Yon, agama tidak sepantasnya menjadi alasan untuk berbuat kekacauan apalagi membunuh. Kepergian Intan adalah duka bagi semua anak bangsa yang beragama. Sebuah tulisan reflektif seorang Yon Bayu.
2. Maafkan Kami Intan Olivia Sayang..
Hanya kata maaf, satu kata mewakili segala yang bisa dituliskan Yusran Pareatas kepergian Intan yang seolah membawa pesan bahwa teror masih mewabah, belum mau pergi dari bumi Indonesia.
"Insiden ini seakan meneguhkan anggapan sejumlah pihak, bahwa Indonesia masih jadi sarang teroris. Orang yang meyakini teori persekongkolan, mungkin menganggap ini satu mata rantai dari persekutuan jahat untuk makin mengacak-acak kerukunan di negeri ini." Demikian urai Yusran.
Yang perlu juga diwaspadai menurut Yusran adalah teror yang membelah diri dalam bentuk lain seperti yang kini marak bertebaran di media sosial dalam bentuk umpatan, ancaman dan makian yang sarat kebencian dan provokasi, juga menjijikan.