Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Penjara Guantanamo Kuba, Meraba Kebebasan

4 November 2016   11:58 Diperbarui: 4 November 2016   15:08 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

^ [caption caption="Guantanamo Diary Dokpri Syifa sebuah buku karya tahanan Salhi"][/caption]

[caption caption="Edisi Bahasa inggris guantanamo diary Ilustrasi By Amazon"]

[/caption]

Tidak ada satu orang pun yang ingin masuk penjara. Sel berjeruji besi menyeramkan itu menjadi tempat bagi para pesakitan yang umumnya menanti proses hukum atas kasusnya. Tapi bagaimana jika tiba-tiba kamu masuk penjara tanpa tahu salahmu apa, kemudian dijebloskan ke Penjara terkejam di dunia, Guantanamo Kuba.

Apa yang akan kamu lakukan di sana, terpikirkah menulis buku untuk membagi kisah? Itulah yang dilakukan oleh Mohamedu Ould Salhi. Ia adalah salah seorang tahanan Guantanamo yang menerbitkan buku memoar setebal 466 halaman berisi kisahnya selama mendekam dalam tahanan di penjara khusus terduga teroris tersebut.

Buku berjudul Guantanamo Diary mengisahkan perjalanan hidup Slahi, pria asal Mauritania, yang mendekam di Guantanamo sejak 2002, namun tidak pernah menjalani proses peradilan. Salhi ditahan oleh militer Amerika Serikat atas dugaan merencanakan pengeboman di bandar udara Los Angeles, sesaat setelah serangan 9/11.
Dari Mauritania, ia diterbangkan oleh dinas rahasia AS: CIA ke Yordania. Pada 19 Juli 2002, ia dipindahkan ke Bagram, fasilitas penahanan AS di Afghanistan. Ia dijebloskan ke Guantanamo sejak 4 Agustus 2002.

Salhi mulai menuliskan tentang penahanan, interogasi, dan penyiksaan di Guantanamo sejak 2005 dalam sebuah catatan harian yang ia selesaikan pada awal 2006. Dalam bukunya, Salhi menuliskan kisahnya dalam bahasa Inggris dengan tulisan tangan yang kemudian disunting oleh Larry Siems, seorang editor Guardian.


**

Bagaimana sebetulnya kisah di balik tembok penjara gila itu? 

Yuk mari, membaca penjara Guantanamo Kuba.

**
Guantanamo sebenarnya adalah nama salah satu provinsi yang juga merupakan nama teluk dan kota di bagian Tenggara Kuba. Di antara banyak lembaga pemasyarakatan di dunia, nama Penjara Guantanamo boleh dibilang yang paling punya kesan buruk. Alasannya sudah jelas karena di tempat inilah, para teroris paling berbahaya di dunia ditahan.

Dalam buku Guantanamo Diary yang ditulis Salhi, kesan buruk itu dibenarkan dan diperlihatkan. Salhi menuliskan rata-rata banyak tahanan di sana yang ditahan tanpa kejelasan proses hukum dan mengalami penyiksaan di luar batas normal manusia, seperti antara lain dikurung di ruangan khusus sedingin es sambil dipasung dan dipukuli, disetrum dengan kursi listrik dan adanya larangan makan, tidur bahkan berdoa, menyikapi hal ini, Salhi menuliskan dalam salah satu bagian bukunya bahwa ketika sesorang berada di penjara Guantanamo orang tersebut akan menghargai dan merindukan semua hal yang menunjukan citra manusia-manusia normal. Hal-hal sederhana seperti menggunakan pakaian biasa dan berbicara tentang hal-hal selain dari terorisme dan introgasi.

[caption caption="Pergantian Introgator pemindahan Tugas dan Tahanan: Salhi Kena Lempar(Dok buku Guantanamo"]

[/caption]

[caption caption="Salah satu potongan kisah Guantanamo diary menceritakan hukuman"]

[/caption]

"Hal-hal yang menunjukan kehidupan normal akan sangat sulit ditemukan di penjara Guantanamo" Ungkap Salhi.

Di Tempat itu, orang-orang yang ditahan mengalami tekanan psikologis yang ekstrim. Tidak boleh mengetahui waktu siang dan malam, tidak boleh mandi, minum dari kucuran air keloset, dll.

"Beberapa dari mereka nyaris gila." Tulis Salhi.

Para tahanan di sana tidak dibolehkan berbicara dengan satu sama lain. Hukuman untuk saling bicara adalah digantung dengan kedua tangan, sementara kaki nyaris tak menyentuh lantai. Terus begitu hingga ada yang jatuh pingsan.
Para Sipir di sana tidak ingin diketahui identitas aslinya, mereka ingin dikenal dengan nama-nama tokoh dalam film Star Wars.

[caption caption="Star wars - Para penjaga /Sippir d Ppenjara Guantanamo Diary menutupi identitas mereka drngan nama tokoh film Star Wars (Dok Pri Buku Guantanamo Diary)"]

[/caption]

Buku ini disensor ketat oleh pemerintah Amerika Serikat, itu sebabnya ketika membaca buku ini, pembaca akan menemukan banyak sekali coretan stabilo hitam, Penyensoran tersebut menunjukan kepada pembaca, betapa banyak sisi dari penjara gila itu yang belum terungkap, tapi bahkan sensorpun tak mampu menutupi ketajaman penuturan Salhi. [caption caption="Disensor -Buku Ini disensor ketat oleh Amerika Serikat dan pemerintahnya menurut Editor Lerry Siems (dok Pri Buku Guantanamo"]

[/caption]

**
Buku ini dituturkan dengan sangat manusiawi oleh Salhi, ia tidak hanya memanusiakan dirinya sendiri, tapi juga para introgator, dia menggambarkan mereka sebagai Individu kompleks yang memiliki sisi kejam tapi sekaligus masih manusia biasa.

**
Jika ada sesuatu yang bisa dipelajari dari penjara, barangkali adalah ketika tempat itu mengeluarkan sisi terbaik dan terburuk manusia, juga tentang ketabahan dan berharganya sebuah kebebasan.

Selalu ada sisi baik, bahkan dari yang dianggap salah. Guantanamo Diary merupakan potret lain dari kemenangan kewarasan atas kekacauan.

[caption caption="Bebas - Salhi Akhirnya dibebaskan tertanggal 18 Oktober 2016 setelah mendekam 14 tahun di balik jeruji penjara Guantanamo (Dok Twitter @ Alllan And Uwin)"]

[/caption]

Salam Kreatif!

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun