Selain bulan peduli Kanker Payudara, bulan Oktober juga diperingati sebagai bulan peduli Stroke, karena sejak tahun 2006, tanggal 29 Oktober hari ini diperingati sebagai hari stroke sedunia.
Peringatan hari stroke sedunia digagas oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk meningkatkan kepedulian warga dunia terhadap stroke. Ya kita memang patut mewaspadai penyakit yang satu ini, karena di dunia, stroke masih tak kalah berbahaya dibandingkan kanker.
Menurut Wikipedia, stroke adalah penyakit yang ditandai dengan terganggunya pasokan darah ke suatu bagian otak sehingga sel-sel saraf di otak akan mati dan mengakibatkan hilangnya fungsi yang dikendalikan jaringan tersebut.
Divonis terkena stroke adalah suatu hal yang sangat mengejutkan bagi seseorang. Dunia seolah berhenti, shock, dan kaget pastinya. Bagaimana ya rasanya mengalami masa-masa sulit dan melewati pengobatan yang seringkali menyakitkan? Mari kita simak cerita beberapa Kompasianer hebat berikut ini, mereka yang berjuang melawan stroke, inilah intisarinya:
1.A , B, C, D adalah Awal Aku Belajar Berbicara dan Membaca di Awal Umur 40 Tahun
Cerita pertama datang dari Christie Damayanti, terbiasa dengan kesibukan pekerjaan sebagai arsitek di sebuah perusahaan properti ternama, tentulah berat bagi Christie ketika di tahun 2010, awal ia berada di titik minus dalam hidup seorang manusia, ibu 2 anak itu terserang stroke dengan pecah pembuluh darah di otak dan membuat otak kirinya terendam darah 20%, dengan kelumpuhan ½ tubuh seblah kanan, sampai sekarang dan vonis dokter berkata ia hanya bisa berbaring saja sampai akhir hayatnya.
Namun keajaiban Tuhan bekerja untuk Christie, vonis dokter itu meleset, ia bisa bekerja lagi, Juni 2010. Christie semakin melebarkan sayapnya pada tahun-tahun berikutnya.
Tapi, sebelum sampai pada titik ini, Christie sempat tidak bisa menulis sama sekali Jangankan menulis, berbicara pun sama sekali tidak bisa, setelah ia terserang stroke 8 Januari 2010.
Mulailah Christie belajar membaca dan menulis dari awal lagi ketika ia berusia 40 tahun dengan dibantu seorang terapis di rumah sakit, saat itu, Christie diterapi menulis dengan tangan kiri karena tangan kanannya tak bisa digerakan.
" Mulai aku dikenalkan' lagi, abjad, seperti anak2 TK. Dan aku mulai tergerak untuk menulis, walau tetap tanpa makna" Papar Christie.
Seterusnya begitulah Christie, sampai sekarang ia masih terus berkarya dan melayani Tuhan. Bahkan kini menulis menjadi salah satu keahlian dan jalan kesembuhannya hingga menghasilkan 7 buku solo.