Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Kembali Tragedi Bom Bali 2002 dalam Catatan Kompasianer

12 Oktober 2016   02:33 Diperbarui: 4 April 2017   18:18 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Bom Bali Foto Yusran Darmawan

12 Oktober 2002, Legian Bali menjelma menjadi neraka, ratusan orang meninggal dan luka-luka setelah bom meledak di sana. Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa terorisme terburuk dalam sejarah di Indonesia dan menandai rangkaian teror yang terjadi selanjutnya.

Pasca peristiwa memilukan tersebut, banyak duka di Pulau Dewata, ketakutan menyala-nyala, sejumlah negara tetangga mempertanyakan keamanan Indonesia, hari itu Bali menggoreskan luka yang mungkin tak lekang hingga sekarang. Duka keluarga korban, duka bangsa Indonesia, kita tidak lupa.

Kini, 12 Oktober 2016, 14 tahun sudah pristiwa itu berlalu. 14 tahun sudah bom laknat itu mengeja banyak cerita, kebanyakan pilu.

Pasca 14 tahun tragedi bom Bali satu, apa yang tersisa? Banyak kisah dan kesan terekam dalam tulisan, inilah Melihat Kembali Tragedi Bom Bali 2002 dalam Catatan dan Ingatan Kompasianer.

1.Potret Gadis Manis di Monumen Bom Bali

Berkunjung ke pulau Dewata pada tahun 2010 silam, YusranDarmawan berkesempatan menyinggahi Monumen  Tragedi Bom Bali.

Di Monumen Tragedi Bom Bali, tersebut, Yusran melihat beberapa foto gadis yang sudah mulai pudar. Di bawah nama-nama korban tragedi bom Bali, foto-foto itu dipasang di dekat tiang bendera. Tahulah Yusran bahwa foto-foto itu adalah para korban Tragedi nahas tersebut.

Di depan salah satu foto itu, Yusran melihat seorang pemuda tengah menunduk, memandang foto lalu terisak. Beberapa menit pria itu mematung. Ia berdoa, kemudian mulai bergegas mkeninggalkan tempat itu. Yusran menyempatkan diri menemuinya dan berjabat tangan. Namanya Jim, pria 23 tahun itu, tanpa diminta kemudian bercerita banyak hal pada Yusran. Tentang kenangan Jim bersama adikknya, Maria, tentang Jim yang harus menempuh jarak ribuan mil setiap tahun untuk bisa langsung berdoa di monumen bom Bali.

Mendengarkan Cerita Jim dan melihatnya terisak di depan mata, Yusran bertanya-tanya dan tak habis pikir "Kenapa harus ada bom Bali?" 

Sebuah tanya yang juga menggelayuti benak kita semua.

Artikel yang menyentuh, untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

2. Mengenang Kembali Korban Bom Bali 1

Bagi Tubagus Encep, tragedi Bom Bali 1 yang meledak pada Oktober 2002 memang sesuatu yang pilu dan pedih, tapi menurutnya, peristiwa itu tak melulu harus dikenang dengan kesedihan. Bahkan masyarakat bisa mengambil pelajaran dari tragedi nahas tersebut untuk memperkuat kewaspadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun