"Para pekerja di Gedung perkantoran kami saat itu diberitahukan untuk tidak menggunakan lift karena listrikpun hanya memakai genset dari gedung," demikian ungkap Joe.
Ada beberapa teman sekantor Joe waktu itu, berusaha untuk meninggalkan wilayah itu karena gumpalan debu dan asap yang sangat pekat serta material lain yang mereka rasakan dan lihat pada waktu itu.
Namun angkutan umum yang dihentikan oprasionalnya saat itu memaksa Joe dan teman-temannya keluar ke mana saja mencari tempat yang sekiranya aman dengan mengandalkan jalan kaki.
Pengalaman yang menarik dan mencekam, untuk cerita selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
2. Sepotong Cerita Tragedi 9/11
Selasa 11 September 2001, Bambang A Haryanto yang saat itu tinggal dan bekerja di negeri Paman Sam hendak berangkat kerja setelah mengantar anaknya yang saat itu duduk di bangku TK.
Ungkap Bambang, dalam perjalanan ke kantor tidak terdapat hal-hal yang aneh. Semuanya terlihat normal. Lalu lintas pagi di Queens Boulevard sebagaimana biasa cukup padat oleh kendaraan yang sebagian besar menuju distrik bisnis tersibuk di AS: Manhattan.
Pemandangan yang tidak biasa mulai terlihat ketika Bambang melintasi jembatan Queensborough sekitar pukul 9 pagi itu. Ketika perlahan melintasi jembatan itulah dari kejauhan sebelah kiri Bambang melihat asap mengepul dari salah satu menara kembar.
Semakin mendekati pertengahan Queensborough Bridge, asap terlihat semakin jelas dan tampak api menyala.
Saat itu ia hanya menduga bahwa kemungkinan telah terjadi kebakaran di salah satu gedung tertinggi di New York tersebut.
Anehnya, sejauh itu belum terdapat breaking news. Radio yang terdapat di mobil masih menyiarkan lagu-lagu pop seperti biasa.