Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ragam Rekomendasi Tempat Ngabuburit ala Kompasianer

18 Juni 2016   17:37 Diperbarui: 18 Juni 2016   19:11 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalamannya menggunakan agen tur membuat Lingga cukup puas, hanya dengan membayar uang sebesar Rp. 55,000 ia dan peserta lainnya bisa berkeliling ke sudut-sudut kota yang tidak terjangkau kendaraan bermotor plus mendapatkan menu berbuka puasa. Itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan menyewa kelotok sendiri yang bekisar antara Rp. 200,000 - Rp. 300,000, tulisnya.

Begitu memasuki Sungai Kelayan, Lingga dan rombongan langsung disambut oleh anak-anak yang sedang mandi di sungai, mereka berteriak menyapa sambil melambaikan tangannya. Klotok terus bergerak berlahan menyusuri aliran sungai, memberikan banyak kesempatan untuk menikmati pemandangan yang ada. Klotok khas Kalimantan ini beberapa kali berbelok ke sungai yang lebih kecil lagi menuju jauh kedalam perkampungan. Selama perjalanan Terlihat pelbagai pemandangan khas Kalimantan seperti rumah-rumah khas Banjar yang terbuat dari kayu walau mayoritas sekarang beratapkan seng bukan atap rumbia lagi. Semuanya tampak berjejer sangat rapat memenuhi kedua sisi sungai, papar Lingga.

Lingga dan rombongan melihat sebuah pemandangan yang jauh dari gambaran sebuah kota besar. Melihat burung-burung terbang rendah di atas sungai untuk mencari makan. Pepohonan yang hijau dan rindang menghiasi kedua sisi sungai. Tak ada rumah penduduk yang berdiri, semuanya masih tampak alami dan seakan sedang berada di tengah-tengah hutan Kalimantan. Air sungai mengalir begitu tenang, tampak seorang bapak dengan santainya mengayuh perahu atau jukungnya menuju arah yang berlawanan. Sunguh pemandangan yang luar biasa, pangkas Lingga.
Artikel yang menarik.

[caption caption="Pemaandangan Sungai Kelayen Dok Lingga P"]

[/caption]

3. Berburu Kue Tradisional Banjar di Pasar Wadai, Kota Banjarmasin

Masih dari Banjarmasin, giliran Kartika Eka H berbagi keseruan Berburu Kue Tradisional Banjar di Pasar Wadai, Kota Banjarmasin.

Pasar Wadai merupakan event pariwisata tahunan yang rutin digelar oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan semua kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, setiap tahunnya selama satu bulan penuh di saat bulan Ramadan. Tujuan utama dari event ini, selain untuk menghidupkan suasana Bulan Ramadan, juga untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kembali keberadaan berbabagi wadai (olahan) khas Banjar di ruang publik masyarakat yang lebih representatif. Papar Kartika.

Untuk tahun ini, penyelenggaraan Pasar Wadai Ramadan Kota Banjarmasin dilaksanakan di Jalan RE Martadinata atau di depan Kantor Wali Kota Banjarmasin, imbuhnya.

Berburu aneka wadai khas Banjar di arena Pasar Wadai Ramadan memberikan pengalaman sekaligus tantangan tersendiri, apalagi di saat sedang menjalankan ibadah puasa seperti sekarang ini. Banyaknya stan pedagang dan ragam jenis wadai yang dijajakan malah sering membuat bingung pengunjung, terutama bagi pengunjung yang belum mempunyai referensi tentang wadai banjar termasuk pedagangnya, apalagi sebagian besar wadai-wadai yang dijual tidak dilengkapi dengan informasi identitasnya, misal nama wadai dan cita rasa dasarnya manis, gurih atau asin. Lanjutnya.

Masyarakat Banjar mempunyai 41 jenis wadai tradisional yang dikenal dengan pakem atau sebutan wadai 41 sebagai warisan leluhur secara turun temurun yang dulunya 'wajib' disajikan dalam beberapa upacara adat, khususnya bagi keluarga bangsawan dan hartawan Banjar. Sebagian besar, jenis wadai tradisional Banjar mempunyai cita rasa manis yang begitu legit di lidah, sehingga sangat cocok untuk menu berbuka puasa, seperti bingka kentang, bingka barandam, wadai cincin, gagatas, kakalapun, putu mayang, amparan tatak, tapai, lam, lapis, pais pisang, wajik, agar-agar, untuk-untuk, lempeng pisang dsb. Selain jenis kue, masyarakat Banjar juga mengenal beberapa jenis bubur atau semacam bubur dengan cita rasa manis yang sangat cocok untuk berbuka puasa, seperti hintalu karuang, bubur baayak, kokoleh, dsb.

[caption caption="Sumber Dok Kartika Eka"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun