Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ragam Pengalaman Ditilang di Negeri Orang ala Kompasianer

30 Mei 2016   07:24 Diperbarui: 30 Mei 2016   11:43 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-   [caption caption="Ditilang Polisi (Sumber gambar: nyunyu.com)"][/caption]

Pernahkah Anda merasa kesal karena kena tilang polisi sebab motor Anda tak memiliki kaca spion? Mungkin di hari lain, mobil Anda ditilang hanya karena melewati garis batas putih di traffic light beberapa senti atau anda lupa membawa surat-surat bekendara saat ada razia ketertiban lalu lintas?

Anda tidak sendirian. Beberapa Kompasianer ini berbagi cerita tentang pengalaman mereka yang pernah dan nyaris terkena tilang di berbagai negara, bagaimana bisa terjadi dan seperti apa penyelsaian perkaranya? Mari intip ragam pengalaman berikut ini.

1. Kena Tilang di Arab saudi

Suatu hari di tahun 2015, Ery Irawan menyerahkan iqamah ( KTP Arab Saudi) ke bagian HR di tempat Ery bekerja, untuk diperpanjang. Namun hari berikutnya Ery dipanggil kembali oleh HR, dan diberitahukan bahwa iqamahnya tidak bisa diperpanjang dikarenakan ada tunggakan denda yang belum dibayarkan, tepatnya denda akibat "trafic violation" alias pelanggaran lalu lintas.

Terkejut karena tidak ada SMS Trafic Violation masuk ke ponselnya, Ery membuka laptop dan masuk ke situs kementrian dalam negeri Arab saudi, untuk mengetahui secara detail mengenai pelanggaran tersebut. Karena biasanya setiap pelanggaran lalu lintas di Saudi, berdasarkan pengalaman teman yang terkena tilang sebelumnya, beberapa hari setelah pelanggaran tersebut biasanya akan masuk pesan singkat alias SMS ke nomor telepon genggam kita yang telah terdaftar, bahwa kita telah melanggar lalu lintas.

Namun, pada kasus Ery, ia tidak menerima SMS apa pun di Ponselnya, belakangan Ery tahu ternyata SMS tersebut dikirim ke ponsel anaknya yang kartu SIM nya terdaftar atas nama Ery.

Setelah masuk situs kementrian dalam negeri Arab Saudi, barulah Ery tahu kalau ia telah melanggar lalu lintas pada tanggal dan waktu serta tempat yang telah tertera pada situs tersebut dan dikenakan denda sebesar 300 SR untuk denda sebesar 300 SR, biasanya akibat melebihi batas kecepatan maksimal yang telah ditentukan. Pembayaran denda tilang pada akhirnya dibayarkan lewat ATM.

2. Ditilang Polisi Jepang

Selama Weedy Koshino tinggal di negeri sakura, menurutnya pengalaman paling menyedihkan adalah ketika harus berurusan dengan Polisi Jepang karena melanggar lalu lintas. Tapi karena pernah ditilang, setidaknya Weedy jadi sedikit paham tentang prosedur tilang yang berlaku di Jepang.

Menurut Weedy, prosedur tilang yang berlaku di sana jauh beda dengan proses tilang di Tanah Air.

Ditilang di Jepang, bagi Weedy tidak begitu nyesek di dada, karena prosedurnya sudah jelas dan uang denda masuk ke kas negara, namun denda tilang di negeri samurai itu cukup besar, 15.000 yen atau kalau di rupiahkan sekitar Rp 1.5 juta yang harus diteransfer ke rekening pemerintah Jepang paling lambat seminggu setelah ditilang. Papar Weedy yang terkena tilang karena melanggar aturan parkir ketika hendak ambil uang di sebuah ATM di Jepang.

3. Aduh, Ditilang Polisi Jerman!

Dengan gaya bercerita yang lucu, Gaganawati Staggmannberbagi pengalamannya yang pernah ditilang Polisi di Jerman. hal ini terjadi ketika selepas liburan ia lupa mengganti ban mobil yang sudah tipis menurut standar Jerman.

Saat itu musim salju di Jerman, dan batas ketebalan minimal ban mobil pada musim salju di sana adalah 1.6 CM sementara ketika diukur, ketebalan ban mobil Gana waktu itu hanya 1 CM. dibawah standar musim salju, maka ditilanglah Gana. Yang lebih membuat horror, kejadian itu terjadi pada hari dan jam paling sibuk dalam seminggu, Senin pagi di mana Gana harus mengantar anak bungsunya ke sekolah.

Melihat polisi dicampur ketakutan terlambat masuk kelas membuat anak bungsu Gana menangis, tangisan yang menambah kepanikan sang ibu.

Untungnya, polisi Jerman memang tegas namun pengertian. Polisi tersebut membolehkan Gana mengantar dulu anaknya ke kelas, dengan syarat mobil harus diparkir di depan sekolah sang anak dan terlihat oleh mata polisi.

Balik lagi soal polisi, mereka masih ada di sana, di sekitar mobil Gana. Polisi tersebut mulai menanyai dan mencatat data Gana yang tertera pada SIM (seharga 2000€) dan STNK. Sebelum dibolehkan pulang, ia kembalikan SIM dan STNK, tanpa memberikan catatan tilang yang ditulisnya.

Usai formulir komplit, ia menyuruh Gana tanda tangan bahwa laporan asli dan benar. Kalau tak mau tanda tangan, pelanggar lalu lintas di Jerman tidak dipaksa untuk tanda tangan, dan boleh mengajukan banding atau menunggu apa kata pengacara, namun biaya sewa pengacara di Jerman mahal, papar Gana.

Pada akhirnya, Gana tanda tangan surat tilang tersebut dan siap menunggu surat denda dikirim ke alamat rumahnya. Semoga kejadian tersebut tidak terulang dua kali.

4. Pengalaman "Hampir" Ditilang Polantas Inggris

Mohammad Rozi nyaris ditilang polisi ketika ia berada di Inggris. Di tengah jalanan kota yang ramai tiba-tiba terompet mobil yang sangat pekak memberi kode Rozi untuk minggir.

Begitu Rozi yang saat itu bersama sang istri turun dari mobil, polisi meminta dia untuk melihat belakang mobil. Sementara itu polisi meminta istri Rozi untuk menginjak rem mobil. Ternyata, lampu rem belakang mati sebelah.

Tak berhenti di situ, seperti mencari-cari kesalahan polisi, langsung menunjuk ke roda depan kanan. Sambil menggesek-gesek permukaan ban, polisi mengatakan bahwa ban sudah mulai tipis dan memang benar ternyata ban mobil Rozi saat itu memang sudah harus diganti.

Polisi kemudian meminta SIM Rozi. Lantas Rozi tunjukkan SIM Indonesia. Ternyata tidak ada masalah, SIM negara asal diperbolehkan untuk jangka waktu satu tahun pertama tinggal di Inggris.

Dua polisi itu kemudian menanyai status Rozi dan kapan masuk ke Inggris sembari satu polisi mengecek data, yang satu lagi membantu Rozi mengganti ban serep.

Setelah semua data dinyatakan sesuai, dua polisi tadi mengembalikan SIM Rozi, legalah hati Rozi dan istri. Tidak ada tilang hari itu. Pasutri tersebut tak jadi kena tilang di negeri orang.

**
Melanggar lalu lintas apalagi sampai terkena tilang tentu bukan kejadian yang membuat senang. Itulah beberapa cerita Kompasianer yang pernah dan nyaris kena tilang di berbagai negara. Masing-masing negara memiliki prosedur tilang yang berbeda namun dengan satu tujuan yang sama: Menertibkan lalu lintas berkendara agar terhindar dari celaka.

**

Beberapa cerita tentang insiden tilang yang tertulis di Kompasiana dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk disiplin berkendara.

Jangan sampai kena tilang karena pasti hati tak tenang.

 

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya. :)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun